http://puspita.depkeu.go.id/IMAGECONTENT/BOOKCOVER/20120116104414_02.jpg

Tujuan Pembelajaran
1.     memahami pengertian metode ilmiah dan perbedaan deduktif dan induktif
2.     memperoleh wawasan sifat dasar dari riset akuntansi positif
3.     memutuskan dikotomi antara akuntansi sebagai seni dengan akuntansi sebagai ilmu
4.     memahami petunjuk riset akuntansi

Chapter 1 mengatakan bahwa metode penilaian seperti yang telah diilustrasikan pada appendix laksana metode penyelidikan yang telah diformulasikan yang dapat ditambahkan pada Teori Akuntansi

Proses pencarian fenomena mempengaruhi aturan, defenisi, konsep dan prinsip akuntansi yang diperoleh dengan cara metode-metode formal yang disebut pertimbangan deduktif dan induktif
Proses investigasi tersebut disebut riset dan riset digunakan dalam akuntansi dan dirujuk sebagai disiplin akademik

Akuntansi telah menjadi disiplin akademik sejak ratusan tahun pada perguruan tinggi dan universitas. Salah satu karakteristik yang melekat pada disiplin akademik adalah publikasi ide secara umum pada majalah yang disebut jurnal terutama dalam disiplin akuntansi. Meskipun terdapat banyak sudut pandang tentang kandungan yang tersedia dan pendekatan yang digunakan dalam riset akuntansi. Apa yang terutama sekali menarik bagi tujuan kita adalah meningkatkan pemanfaatan metode ilmiah dalam publikasi riset teori akuntansi

Pada chapter ini kita akan menguji metode ilmiah dan hubungannya dengan riset akuntansi. Prasyarat merujuk pada prosedur normal yang digunakan untuk mendapatkan hukum dan prinsip yang menentukan seperti pada ilmu kimia dan fisika. Aplikasi metode ilmiah pada disiplin ilmu ‘yang lebih lunak’ seperti akuntansi keterlibatan manusia sebagai penentu aturan, mempersiapkan dan para auditor laporan keuangan dan para pengguna informasi /laporan keuangan akan menjadi topik penting tahun tahun tearkhir. Peran dan arti teori dalam sebuah disiplin dipengaruhi oleh apakah disiplin tersebut adalah sebuah ilmu. Oleh karena itu kita membutuhkan pertimbangan untuk pertanyaan apakah akuntansi adalah ilmu dan atau bagaimana relasinya dengan seni. Salah satu bagian penting  dari teori akuntansi diperoleh dari proses riset. Oleh karena itu kesimpulan bab dengan menguji apakah kelihatan arahan utama riset akuntansi saat ini sebaik riset akuntansi yang terpengaruh

RISET AKUNTANSI DAN METODE ILMIAH
Teori secara ekstrem bermanfaat karena mencoba menjelaskan hubungan atau meramalkan kejadian. Walaupun teori akuntansi mencakup wilayah yang luas dari sudut pandang filosofis, kita terutama concern pada bab ini pada bagaimana membangun teori secara formal yang dihasilkan dari proses riset. Dalam terminologi metode ilmiah, teori adalah pertama dari segalanya, tiada yang lebih dari kata-kata
Teori harus mengandung sekumpulan dasar pikiran yang biasa disebut asumsi atau dalil. Dasar pikiran ini harus jelas atau dibangun sehingga dapat diuji dengan kesimpulan statistik dimana dalam kasus biasa disebut hipotesis.
Beberapa istilah premis bisa saja tidak terdefenisi, tetapi sebagian yang lain membutuhkan defenisi yang tepat. Kata-kata debit dan kredit yang begitu dipahami dengan baik oleh akuntan tidak memiliki defenisi yang tepat. Bagaimanapun kata liabilities/kewajiban yang digunakan dalam teori membutuhkan pendefenisian dengan teliti, karena beberapa konsep yang berbeda masih eksis. Dalam pengertian yang paling sempit, liabilities dapat didefenisikan secara ketat (sejumlah disajikan seharusnya sebagian untuk barang jasa atau pertimbangan lain yang diterima. Bagaimanapun defenisi dapat diperluas termasuk pembayaran kas masa yang akan datang untuk hutang pajak penghasilan, metode penyusutan garis lurus digunakan dalam pelaporan keuangan dan penyusutan dipercepat digunakan untuk tujuan pajak. Terakhir, teori sebuah teori harus mempunyai kesimpulan yang dihasilkan dari pemikiran dasar. Kesimpulan dapat ditetapkan baik secara deduksi maupun induksi.

Pemikiran Deduktif dan Induktif
Sebuah sistem deduktif adalah satu pemikiran logis yang digunakan untuk memperoleh satu atau lebih kesimpulan dari sejumlah dasar pemikiran yang ada. Data empiris tidak dianalisa dalam sistem deduktif murni
Misalnya
Premis 1       : seekor kuda mempunyai 4 kaki
Premis 2       : John mempunyai 2 kaki
Kesimpulan   : John bukan kuda
Dalam kasus di atas hanya satu kesimpulan yang dapat diambil. Pada sebuah sistem yang kompleks dapat diperoleh lebih dari satu kesimpulan. Bagaimanapun kesimpulan tidak harus saling berbenturan. Perlu diperhatikan tidak ada kesimpulan lain yang mungkin dicapai bagi John dari premis di atas.
Jika teori ini kita aplikasikan pada kenyataan John, seperti menentang menganalisa logika dari seperangkat kalimat, kita harus perlu melihat dan menguji menentukan status John. Pada poin ini kita berada dalam dunia induktif, karena kita akan menilai bahwa teori tidak hanya dengan logika internal melainkan diperjelas dengan observasi, misalnya John dapat dikatakan kuda yang dipotong dua kakinya. Menerima pertimbangan yang benar hanya asumsi yang mempertanyakan atau kesimpulan empirik yang dapat menantang teori deduktif.

Teoritikus akuntansi dan ekonomi telah mengembangkan model INCOME yang berbeda dengan pengertian pada pemikiran deduktif. Sumber utama INCOME perusahaan berasal dari peningkatan kekayaan dari operasi sepanjang periode. Income sering didefenisikan jumlah maksimum yang bisa didistribusikan pada pemilik ketika saat akhir periode kondisi perusahaan sama dengan awal periode, dengan demikian income sangat kondisional, secara defenisi; memelihara secara utuh modal perusahaan pada awal periode. Konsep ini dikenal dengan capital maintainance concept (konsep pemeliharaan modal). Dimulai dengan premis dasar CM, terdapat sedikitnya 3 cara berbeda pada pendekatan ‘well-offness’ pada CM. Jika kita asumsikan harga dollar stabil, pengukuran pendapatan (dengan) historical cost adalah tepat dan CM dapat dipastikan dalam dollar yang disesuaikan. Pada periode inflasi jika kita menginginkan mendapatkan perkiraan shrinking general purchasing power of the dollar, pendapatan dan beban dapat diukur dengan pengulangan historical cost dengan appropriate general price-level adjustments. Demikian pula, pengukuran Income dengan menghitung beban-beban pada current replacement cost dapat dicocokkan ke kapasitas fisik CM.

Beberapa pendekatan induktif pada teori akuntansi telah digunakan menyusun aksioma umpama premis sebuah sistem dengan berbagai aturan akuntansi yang didapatkan. Dengan susunan aksioma tersebutkita memaknai dengan terdefenisi secara teliti yang menyesuaikan aturan dengan terminologi dari simbol logika. Susunan pendekatan deduktif (terkadang disebut metode analitis/deduktif) tidak bertemu dengan kesuksesan dalam teori akuntansi berhutang pada pemahaman terbatas dari teknik simbol laksana kekurangsepakatan pada premis mendasar akuntansi keuangan.

Metode deduktif umum bagaimanapun tetap penting dalam teori akuntansi dan pengambilan kebijakan

Metode Induktif menguji atau mengetes data, biasanya menggunakan sampel dari sebuah populasi. Dan membuat kesimpulan dari populasi. Jika seseorang menguji sepasang dadu untuk melihat apakah dadu tersebut, maka ia harus melempar 100 kali untuk melihat kemungkinan.

Pada riset akuntansi data didapat melalui banyak metode dan sumber, termasuk pengiriman kuisionrer pada praktisi atau bagian lain yang tepat, eksperimen labor, individu yang terlibat dalam simulasi, beberapa laporan keuangan yang dipublikasikan dan harga saham perusahaan publik.

Pada lingkungan yang kompleks seperti perdagangan internasional, teori induktif yang baik harus spesifik dan teliti terhadap masalah yang diuji. Riset harus didasarkan pada hipotesis yang layak untuk diuji, memilih sampel yang tepat dari populasi yang diteliti, mengumpulkan dan memeriksa dengan cermat data yang diperlukan dan menggunakan alat statistik untuk menguji hipotesa

Satu hal kritis pada awal riset induktif atau empiris akuntansi adalah menyatakan realasi/hubungan adalah mekanistis, misalnya tes empiris dibuat pada hubungan antara security price dengan perubahan metode akuntansi, bagaimanapun pertanyaan MENGAPA penyusun standar atau manajer keuangan memilih alternatif tertentu menyisakan sebagian besar yng tidak terjawab.

Riset empiris menempatkan hubungan antara earning dan security price atau usaha untuk menjawab pertanyaan MENGAPA sebagian standar dipilih oleh pembuat kebijakan atau mengapa manajemen memilih sebagian alternatif akuntansi, yang biasa disebut riset akuntansi posistif.

Akuntanss positif mencoba menjelaskan hubungan perilaku dalam akuntansi. Ia mencoba menggambarkan ‘what is’ tanpa membuat penilaian bagaimana mestinya, sehingga periset terlebih dahulu harus membuat nilai untuk kemudian dipertunjukkan.

Banyak contoh teori induktif dalam literatur akuntansi, misalnya Watt dan Zimmerman, menguraikan bagaimana manajemen perusahaan merespon standar baru yang diajukan FASB. Salah satu premis mereka adalah apakah tindakan manajemen sehubungan dengan kepentingan pribadinya. Misalnya, peningkatan kompensasi pribadi melalui bonus jika  net income dilaporkan meningkat. Bagaimanapun hal ini tidak diperlukan pada kasus pada perusahaaan besar jika mereka adalah pelaku tindakan antitrust atau regulasi karena mereka mendominasi pasar. Pada perusahaan seperti ini  kepentingan jangka panjang manajemen yang terbaik adalah melaporkan net income yang lebih rendah. Hasilnya W&Z membuat hipotesis; Manajemen memiliki insentif lebih jika melaporkan net income lebih rendah, jika perusahaannya adalah perusahaan yang terkena kebijakan politik. Mereka menguji respon terhadap draft dan mereka menemukan kecenderungan yang menguatkan hipotesa sehingga perusahaan besar yang mempunyai income yang lebih tinggi yang menggunakan general price level adjustment cenderung menentang usulan standar baru.

Beberapa komentar ditujukan pada studi W&Z. Premis mereka mengenai reaksi manajemen pada aturan akuntansi tidak akan menaikkan atau menurunkan income,tetapi draft baru merupakan pengukuran pendapatan suplemen yang lebih baik dari pengukuran yang ada. Studi mereka menyatakan bahwa general price level adjusted income dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari historical cost income.

Karenanya sangat reasonable untuk menguji pertanyaan bagaimana reaksi manajemen terhadap standar yang dirasakan akan meningkat atau menurun pengukuran income yang dilaporkan

Aspek lain dari studi adalah menghidupkan isu-isu penting. Misalnya, Solomon meneruskan temuan W&Z tetapi lebih halus karena hanya melibatkan sedikit perusahaan (52) dengan isu akuntansi tunggal pada 1 tahun (1973). Solomon mencatat (dalam studi yang tidakdipublikasikan oleh Wiliam Lanen dan Meir Schaneller) bahwa banyak perusahaan yang mencoba mempengaruhi untuk menyokong GPLAI ketika teknik ditampilkan untuk pelaporan yang lebih rendah tidak berguna pada teknis yang ada saat ini.

Teori Normatif dan Deskriptif
Selain diklassifikasikan menjadi deduktif dan induktif, teori dapat diklassifikasikan normatif  dan deskriptif. Teori normatif menggunakan nilai dalam pertimbangan, yang mengandung sedikitnya satu premis yang menyatakan ‘seharusnya’ . misalnya Pelaporan Keuangan harus didasarkan pada pengukuran aset Net Realizable Value akan mengindikasikan sebuah sistem yang normatif. Sementara teori deskriptif mencoba menemukan hubungan kenyataan yang terjadi, W&Z adalah contoh teori deskriptif

Sistem deduktif sering disamakan dengan normatif walau matematika dan simbol logika adalah deduktif sistem yang bebas nilai. Pendekatan-pendekatan induktif terkadang mencoba menjelaskan. Ciri ini adalah hasil dari sifat dasar metode deduktif dan induktif. Metode deduktif pada dasarnya tertutup, sistem non-empirik, kesimpulannya didasarkan secara ketat pada premis. Pendekatan induktif karena mencoba mencari dan menjelaskan hubungan dunia nyata, bersifat sebaliknya di bidang deskriptif dengan sangat alami

Bagaimanapun, terdapat pertanyaan dimana riset empirik dalam kenyataan dapat menjadi bebas nilai (netral) dalam pencariannya karena nilai pertimbangan implisit yang mendasari format dan muatan riset tersebut

Mattessich mengutip Gunnar Myrdal
Pertanyaan yang mesti dipertanyakan before menjawab dapat diberikan. Pertanyaan adalah ekspresi dari kepentingan kita di dunia terhadap dasar penilaian. Penilaian adalah demikian dibutuhkan dilibatkan sesudah kita pada tinggkat mengobservasi kenyataan danmendapatkan analisa teoritis, tidak hanya pada saat kita melukiskan perbedaan politik dari kenyataan dan penilaian

W&Z mengakui dari persfektif periset dan pengguna, nilai benar-benar mendasari riset. Selanjutnya Christenson mendiskusikan temuan pada riset positif tidak mempedulikan isu-isu akuntansi, tetapi lebih kepada perilaku orang yang mempersiapkan dan menggunakan data akuntansi (akuntan, manajemen, users). Pilihan isu yang akan disebutkan pasti melibatkan nilai seperti yang ditegaskan Myrdal.

Meskipun riset positif memberi perhatian pada tipe isu yang berbeda dari riset akuntansi konvensional, ini tidak berarti ia bebas nilai.

Terakhir, salah satu tujuan riset positif adalah memuaskan kebutuhan informasi manajer, auditor dan users

Teori Global dan Partikular/Spesifik
Defenisi yang lebih tajam antara sistem deduktif dan induktif adalah global (makro) dan partikular (mikro). Premis dari sistem deduktif adalah total atau keseluruhan atau meliputi semuanya dalam dasar dan kesimpulan. Dalam konteks akuntansi, contoh pendekatan global adalah teori menganjurkan satu tipe penilaian terhadap semua perkiraan. Sedangkan sistem induktif karena didasarkan pada fenomena real dapat realistik dan terfokus pada bagian kecil pada lingkungan yang relevan, dengan kata lain riset induktif cenderung untuk menguji lebih seksama defenisi pertanyaan dan masalah, kembli W&Z adalah contoh paper yang representatif dari skope spesifik dari teori induktif,

Banyak pendapat (misalnya Nelson) yang melihat teori global akuntansi sebagai sebuah jalan buntu. The Statement of Accounting Theory and Theory of Acceptance (1977) dari American Accounting Association mengenai/memandang konflik antara teori akuntansi global sebagai sesuatu yang tidak terselesaikan pada saat itu. Caplan melihat arah masa depan dari riset akuntansi adalah pada teori induktif karena memberi sinar pada pertanyaan yang spesifik. Meskipun demikian perlu didorong untuk meneruskan pendekatan normatif. Kenyataannya, perbedaan antara riset deduktif dan induktif adalah sederhana tidak clear-cut

Hubungan Komplementer Metode Deduktif dan Induktif
Perbedaan deduktif dan induktif dalam riset, meskipun merupakan konsep yang baik pada tujuan pembelajaran sering tidak teraplikasi dalam praktek. Jauh dari kompetisi pendekatan, malah keduanya saling melengkapai dan sering digunakan secara bersamaan. Hakanson, misalnya menganjurkan agar metode induktif dapat digunakan pada penilaian dengan tepat seperangkat premis yang terselesksi dan original pada sistem deduktif primer. Ternyata perubahan premis dapat mengubah logika mendapatkan keputusan. Proses riset sendiri tidak selalu mengikuti pola secara persis. Periset sering bekerja terbalik dari kesimpulan terhadap studi lain dengan membangun hipotesis baru agar cocok dengan data. Lalu kemudian menguji hipotesis baru.

Metode yang dipakai oleh detektif besar ada dalam semua literatur. Sherlock Holmes terkenal kemampuannya yang luar biasa dalam pemikiran deduktif, memberi contoh yang istimewa hubungan komplementer metode deduktif dan induktif, pada salah satu kasusnya SH, Silver Blaze, seekor kuda balap hilang secara misterius ketika pelatihnya dibunuh. Salah satu elemen kasus, anjing penjaga tidak menyalak ketika kuda menghilang. Dr Watson melihat bukan kebiasaan anjing tidak menyalak.SH dengan segera menarik kesimpulan yang mengambil kuda adalah orang dalam daripada orang luar. Jadi ia segera membatasi daftar orang yang dicurigai. SH memiliki kesadaran yang tajam dalam induktif dan secara sistematis mengobservasi elemen yang memperluas pengetahuan dan persepsinya. Perluasan studi yang demikian beragam seperti abu cerutu, pengaruh dari perdagangan yang bervariasi di tangan dan penggunaan plaster di Perancis memelihara tangan dan jejak kaki memberinya pertimbangan yang dalam.

Dalam model yang berbeda riset induktif dalam akuntansi dapat membantu menerangkan hubungan dan fenomena yang sedang berlangsung pada lingkungan bisnis. Riset ini dalam pada gilirannya bermanfaat dalam proses pengambilan kebijakan dimana metode deduktif membantu memutuskan aturan yang telah ditentukan. Karenanya menjadi jelas bahwa metode induktif dan deduktif dapat digunakan bersama dan bukan metode yang saling ekslusif meskipun tidak mungkin menjaga riset induktif menjadi bebas nilai

APAKAH AKUNTANSI SEBUAH SENI ATAU ILMU?
Kedua struktur pembuatan aturan dan praktik akuntansi adakalanya memunculkan pertanyaan apakah akuntansi sebuah seni atau ilmu. Paling tidak seorang penulis pada tahun 40-an merasa akuntansi adalah sebuah ilmu. Bagaimanapun ia tidak mendefenisikan kriteria sebuah ilmu, selain prasangkanya sendiri. Penulis lain menyatakan bahwa akuntansi lebih dekat kepada seni liberal. Akuntansi sendiri tampak sebagai ‘seni praktek’. Tetapi sang penulis tidak menyebutkan kriteria real yang membedakan antara seni dan ilmu. Tentu kita dapat melihat mendiskusikan akuntansi pada terminologi ilmu/metode ilmiah dan peran teori pengukuran dalam posisi potensial akuntansi dalam wilayah ilmiah.

Dalam sebuah artikel penting and buku follow-up Sterling mencoba mengklarifikasi posisi relatif akuntansi terhadap imu. Ia berpendapat bahwa seni lebih berat merupakan interpretasi pribadi dari pelakunya, misalnya seorang pelukis mungkin saja menyajikan seorang model mempunyai 3 mata, sedangkan yang lain tetap menyajikan secara konvensional dengan 2 mata dan sebuah hidung yang hijau dalam menyajikan obyek sama. Sedangkan ilmu bagaimanapun seharusnya memiliki kesepakatan dari para praktisinya dalam jumlah yang banyak tentang fenomena yang diteliti dan diukur.

Sterling yakin bahwa bahwa akuntansi jauh lebih dekat kepada seni daripada ilmu jika melihat bagaimana akuntan mendefenisikan masalah. Misalnya dalam kasus depresiasi, sebuah kesepakatan adanya ruang gerak yang luas tersedia dalam pengukuran kita dalam menyeleksi metode penyusutan dan memutuskan jumlah tahun masa manfaat dan nilai sisa. Hasilnya, objektivitas menjadi sangat rendah. Pendekatan ilmiah berjuang keras untuk mengadakan prosedur pengukuran sebagai kelengkapan yang bermakna secara ekonomi. Sebagaimana replacement cost atau NRV dari asset atau elemen lain yang diukur.

Apakah secara kaku prosedur pengukuran yang yang spesifik dapat menyediakan tingkat konsensus yang tinggi, adalah sebuah pertanyaan yang  ekstrem. Bagaimanapun ilmuan tidak selalu hadir dalam keseragaman pengukuran atau interpretasi terhadap apa yang mereka ukur. Setidaknya ada 3 contoh dari disiplin yang berbeda untuk mengklarifikasi hal ini.

PETUNJUK DALAM RISET AKUNTANSI
Pendekatan yang didiskusikan di bawah ini mewakili orientasi tertentu atau petunjuk riset akuntansi. Mewakili perubahan yang signifikan melampaui riset normatif murni generasi yang lalu

The Decision-Model Approach/Pendekatan Keputusan-Model
Model ini menyatakan informasi apa yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Dari sudut pandang ini laporan keuangan didasarkan pada entry value, exit value dan discounted cash flows yang memenuhi syarat berkemungkinan bermanfaat. Pendekatan ini tidak menyatakan informasi yang diinginkan users melainkan lebih berkonsentrasi pada informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan tertentu. Dengan demikian orientasinya adalah normatif dan deduktif. Premis yang mendasari riset ini adalah pembuat keputusan yang perlu diajar bagaimana menggunakan informasi jika mereka tidak familiar dengan informasi tersebut.

Terdapat banyak peserta dari sekolah yang menyarankan jarak/range dari kemungkinan penilaian. Chambers and Sterling menyarankan pendekatan exit value karena harga jual asset relevan untuk keputusan untuk menahan atau melepaskan asset. Juga, kumpulan exit value dari seluruh asset melengkapi perhitungan total likuiditas yang tersedia pada perusahaan. Bell adalah penganjur current value yang menyokong pemakaian deprival value dari asset 
Deprival value lebih rendah dari
1.     replacement cost
2.     the recoverable amount/jumlah yang dapat dicover dari yang lebih tinggi dari NRV  atau PV
Solomon juga menganjurkan deprival value yang juga bersemangat bertahan dari kebutuhan pada conceptual framework dilandaskan pada kriteria pengakuan dan pengukuran dengan menguatkan current value karena sangat bermanfaat dalam pengambilan keputusan

Pekerjaan beberapa teoritikus akuntansi penting lainnya pun jatuh pada decision-model approach, meskipun orientasi penilaian mereka tidak dengan asumsi primer seperti Chambers, Sterling, Bell dan Solomon. Ijiri adalah penganjur kuat terhadap fungsi pelayanan dengan konsern pada pertanggungjawaban manajemen (yang disebutnya akuntor) dan pemilik atau akunteks. Ijiri adalah penganjur historical costing dengan penyesuaian untuk perubahan pada purchasing power dari unit moneter (GPLA). Mattesich adalah penganjur metode aksioma tegas/rigorous axiomatic method untuk menentukan teori akuntansi umum yang dapat digunakan untuk menentukan informasi spesifik yang diperlukan users. Terakhir, Staubus menganjurkan pengukuran akuntansi meniru discounted cash flows lebih dekat dan memungkinkan untuk memfasilitasi pengambilan keputusan oleh investor.

Sifat normatif dari pendekatan ini (D-MA) mengarahkan pendekatan teori yang lebih baru mengumumkan bahwa D-MA tidak ilmiah. Bagaimanapun Mattesich menunjukkan dengan sangat jernih bahwa value-laden assumptions memerlukan aspek aktivitas berorientasi tujuan (means-ends) sebagaimana ilmu administrasi termasuk akuntansi. Dengan kata lain metode dan pendekatan ilmiah dapat dimanfaatkan dapat dimanfaatkan dalam aktivitas yang berkeinginan akhir menentang, misalnya ilmu alam yang mencoba melukiskan dunia alam. Bila tidak mendominasi seperti digunakan sebagai prioritas pada peningkatan riset empirik dalam akuntansi, pendekatan ini masih merupakan fokus yang penting dalam riset akuntansi.

Dua keputusan besar tercakup oleh pendekatan ini
1.     memungkinkan user memprediksikan dengan lebih baik cash flow pada masa depan
2.     menganalisa efesiensi dan efektivitas pelayanan manajemen

Riset Pasar Modal
Sebuah jumlah yang signifikan dari riset empirik/induktif memperlihatkan harga saham perusahaan publik bereaksi dengan cepat dan dalam keadaan tidak bias terhadap informasi baru. Karenanya harga pasar diasumsikan dapat merefleksikan secara utuh semua informasi yang tersedia untuk publik. Proposisi ini secara prinsip dari disiplin keuangan diketahui sebagai effecient market hypothesis. Dalam tambahan return on security adalah sebuah fungsi dari resiko; volatility (kemudahan berubah) dari return on security terhadap volatility dari seluruh pasar saham. Wawasan yang sangat signifikan meningkat  memberi tekanan pada peragaman portofolio investasi lebih dari mencoba untuk ‘menggendang’  pasar pada sebuah basis saham individu. Hipotesa efesiensi pasar memiliki potensi implikasi yang signifikan pada akuntansi. Misalnya karena informasi terefleksi dengan cepat pada harga saham, daya dorong untuk peningkatan keterbukaan dengan sedikit perhatian pada pilihan alternatif akuntansi tumbuh lebih kuat. Sejak hipotesa efesiensi market diungkapkan return on risk didasarkan pada resiko, riset lain  mencoba menaksir hubungan akuntansi yang didasarkan pada pengukuran resiko (misalnya rasio Laporan Keuangan) dan pasar yang didasarkan pada pengukuran resiko. Dampak dari pilihan kebijakan akuntansi pada security price juga diuji secara luas.

Riset Perilaku
Riset perilaku adalah area penting lainnya yang harus diselidiki. Perhatian utama dari riset ini adalah bagaimana pengguna laporan keuangan membuat keputusan dan informasi apa yang mereka butuhkan. Pendekatannya adalah deskriptif, sedangkan pendekatan decision model adalah normatif. Kebanyakan penelitian ini menggunakan subyek situasi percobaan yang terkendalikan dengan seksama

McIntyre, misalnya mencoba menemukan apakah informasi replacement cost lebih bermanfaat dari historical cost dalam mengevaluasi rate of return annual aktual? Dengan kata lain, pendekatan ini mencari pengertian informasi terseleksi dan bagaimana prosesnya. Empat perusahaan menengah pada industri ban dan karet dianalisa lebih dari tiga tahun periode. Subyek penelitian McIntyre adalah mahasiswa S1 dan S2. Sebagian mahasiswa lebih memilih laporan keuangan dengan replacement cost, sebagian historical cost dan sebagian yang lain memilih keduanya. Subyek penelitian diminta untuk memilih perusahaan yang menghasilkan rate of return annual aktual tertinggi dalam 3 tahun

Rate of return annual aktual dirumuskan sbb;
            r = 1 (∆M+D)
                  n     M
          n : lama asumsi periode riset(dalam tahun)
          D : dividen yang diterima selama periode riset
          M : nilai pasar saham pada awal periode riset
        ∆M : perubahan nilai pasar saham selama periode riset

Meskipun terdapat kualifikasi yang dapat dipertimbangkan, McIntyre menemukan kegagalan untuk memperlihatkan keuntungan kepada users laporan keuangan dengan replacement cost. Tetapi pertanyaan seberapa representatif mahasiswa yang dijadikan subyek oleh McIntyre untuk mengambil keputusan adalah sebuah masalah yang sebenarnya dari riset perilaku.

Pada saat riset perilaku berada pada tahapan awal, banyak hal yang menarik. Banyak studi telah memperlihatkan ketidaksesuaian antara model keputusan normatif dengan proses keputusan aktual dari users. Perbaikan dari kemungkinan oleh pembuat keputusan terjadi lebih sedikit dari model keputusan Bayesian menandakan hal tersebut adalah tepat. Riset lain menemukan adanya tendensi untuk menggunakan laporan keuangan yang dipublikasikan untuk tujuan pengambilan keputusan manajerial. Pada saat riset perilaku merupakan deskriptif atau positif dalam pendekatannya akan mudah melompat kepada kesimpulan normatif yang memakai data akuntansi untuk tujuan pengambilan keputusan.

Teori Keagenan
Teori keagenan atau teori kontrak adalah sebuah tipe penting dalam riset akuntansi saat ini. Teori keagenan bisa merupakan deduktif dan induktif dan merupakan contoh yang istimewa dari riset perilaku walaupun akar teori keagenan pada keuangan dan ekonomi lebih dari psikologi dan sosiologi. Asumsi yang mendasari adalah reaksi individu pada saat terjadi konflik antara kepentingannya dengan kepentingan perusahaan. Asumsi lain yang penting dari teori adalah titik persimpangan antara banyak tipe kontrak di antara manajemen, pemilik, kreditur dan pemerintah. Hasilnya teori keagenan memperhatikan variasi cost dari hubungan pemantauan dan pelaksanaan di antara kelompok yang beragam,

Misalnya, audit dapat dilihat sebagai instrumen untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan telah sesuai dengan SPI. Dalam tambahan, laporan sendiri –menduga opini unqualified- diasumsikan menemukan ukuran sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Audit, untuk itu mencoba memberi jaminan pada pihak luar seperti pemilik dan kreditur tentang pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Banyak hubungan keagenan antara bagian yang didefenisikan atau diatur oleh akuntansi. Termasuk di dalamnya perjanjian obligasi, kontrak kompensasi manajemen dan ukuran perusahaan. Frekuensi perjanjian obligasi menentukan tingkat maksimum dari ratio laksana debt to equity. Pelanggaran bisa menyebabkan kegagalan teknis. Yang lebih sempit dari debt to equity, manajemen akan memilih alternatif akuntansi yang akan meningkatkan income. Manajemen berkemungkinan mencoba untuk memilih metode yang akan meningkatkan income dan juga meningkatkan bonus. Sebagai hasil, pilihan metode akuntansi oleh perusahaan akan dipengaruhi oleh akibat dari kontrak keagenan.

Salah satu hipotesa teori keagenan adalah manajemen akan mencoba meminimalisir kesejahteraannya sendiri dengan meminimalisasi kenaikan berbagai biaya keagenan dari pengawasan dan kontrak. Ini tidak sama dengan manajemen memaksimalisasi nilai perusahaan. Ketika manajemen mencoba menaikkan kompensasi, berarti ini dilakukan dalam framework menaikkan net income, ROI atau ukuran akuntansi serupa yang juga mengubah secara positif harga saham perusahaan.

Karenanya, meminimalisir beban kontrak menunjukkan mengacaukan secara negatif hubungan ‘halus’ antara akuntansi yang didasarkan pada pengukuran kinerja dan tidak mendapatkan opini qualified dalam audit. Pada saat manajemen utama mengendalikan biasanya akan meningkatkan kinerja, manajemen akan mencoba memilih aturan akuntansi yang segera dapat meningkatkan income, seperti dalam kasus kredit pajak investasi untuk meningkatkan kompensasi bagi dirinya. Pada kasus serupa, tindakan manajemen tidak selalu merupakan yang terbaik bagi pemegang saham. Inilah yang biasa disebut perilaku oportunis atau risiko moral.

Asumsi lain dari sifat dasar perusahaan berhadapan dengan aumsi dasar teori keagenan bahwa perusahaan adalah tempat banyak tipe hubungan. Chamber misalnya melukiskan perusahaan sebagai koalisi sementara antara partisipan pada keseimbangan yang tidak stabil. Bagi Chambers koalisi hanyalah entitas palsu yang berhadap-hadapan dengan beragam partisipan dalam pandangan teori keagenan, di mana perusahaan sesungguhnya tidak memiliki peran. Dalam pandangan koalisi, income sebagai sebuah pengukuran kinerja ekonomi perusahaan dan secara ekonomi dapat mengukur asset dan liabilities adalah fungsi penting dari akuntansi dan seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan standar keagenan. Tidak ada titik pandang yang eksis dalam teori keagenan. Tidak ada ‘benar’ atau ‘salah’. Beragamnya teori dan sudut pandang memberikan wawasan penting bagi akuntan, auditor, users dan penyusun standar. Tak ada pendekatan individu yang dipertimbangkan lebih dari yang lain, kontribusi penting bisa datang darimana saja dan dari semua sumber. Selanjutnya, penganut dari riset teori keagenan menuntut agar hasil positif dan deskriptif dan tidak dapat digunakan untuk tujuan kebijakan. Tidak ada alasan mengapa penyusun standar tidak menggunakan dasil dari riset teory agency dipertimbangkan benar dan berguna.

Informasi Ekonomi
Akuntan menjadi meningkat kesadarannya terhadap cost dan benefit dalam menghasilkan informasi akuntansi. Ini lapangan yang relatif baru bagi periset akuntansi; informasi ekonomi. Riset informasi ekonomi biasanya dasarnya adalah analitis/deduktif. Dengan pengecualian dari akuntansi arus kas model alternatif dari model akuntansi historical cost akan –terutama- akan kelihatan mengganggu beban penciptaan informasi tambahan pada perusahaan. Apakah penyusunan alternatif informasi atau penyusunan informasi yang lebih luas adalah cost yang berharga adalah sebuah pertanyaan penting. Pada dasarmya masalah ini dengan rinkas diungkapkan oleh Beaver dan Demski:
Hal pokok dari argumen pada kepentingan akuntansi akrual berhenti pada premis
1.    income yang dilaporkan dengan akuntansi akrual menyampaikan lebih banyak informasi dari sedikit ambisi sistem akuntansi berorientasi cash flow
2.   akuntansi akrual adalah cara paling efesien untuk menyampaikan tambahan informasi dan juga wajar
3.   nilai dari tambahan sistem informasi melebihi cost-nya

Informasi ekonomi mutakhir termasuk asumsi teori keagenan dan analisa situasi dalam analisanya. Hai ini karena pembagian resiko antara prinsip dan agen adalah koneksi dekat dengan isu apakah keduanya memiliki informasi yang penuh atau apakah akan terjadi informasi yang timpang pada saat salah satu terpisah (biasanya agen) memiliki informasi yang lebih banyak dari yang lain. Tujuan dari analisa teory informasi adalah menentukan bagaimana rancangan kontrak dioptimalkan untuk menegosiasikan insentif dan pembagian resiko. Riset juga memperlihatkan pentingnya fungsi pelayanan akuntansi (menilai kinerja manajemen relatif penting untuk menentukan insentif dan reward manajemen)

Critical Accounting
Critical Accounting adalah cabang teori akuntansi yang memandang akuntansi memiliki peran sebagai poros dalam memutuskan konflik antara perusahaan dan konstituen sosial seperti buruh, konsumen dan masyarakat umum. Hal ini secara langsung diperhatikan secara aktif dalam peran sosial akuntan. CA merupakan perpaduan gabungan dua area lain dari akuntansi yang dikembangkan sejak 1960-an yaitu akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial. Akuntansi kepentingan publik melakukan pekerjaaan bebas dari pajak dan nasehat keuangan pada individu, kelompok dan usaha kecil yang tidak mampu membayar jasa tersebut. Akuntansi sosial menyinggung usaha menjelaskan pengukuran untuk mengambil dari perusahaan beban eksternal, seperti polusi yang menimbulkan kerusakan pada masyarakat. CA lebih luas dari akuntansi kepentingan publik dan akuntansi sosial (namun keduanya masih tercakup). Selanjutnya, tujuan dari periset CA bergerak dari menempati pinggiran AKP dan AS  menuju mainstreem riset akuntansi (dan tindakan) dengan mengadopsi...perspektif yang didasari oleh konflik...

CA berbeda dengan dengan area riset lain yang telah didiskusikan. Riset lain mengarahkan pemisahan yang tajam antara periset dengan bidang penelitiannya. Misalnya, periset akuntansi positif dan perilaku meyakini bahwa mereka melaporkan dengan sederhana perilaku dari subyek yang mereka uji. Tak dapat disangkal, periset normatif melihat realitas sebagai sesuatu yang independen dari mereka. Sehingga pekerjaan mereka dipengaruhi cara yang paling bermanfaat untuk melaporkan pada operasional dan keterangan bisnis dan entitas lainnya. Periset CA meyakini dalam memandang dan meneliti mereka harus membantu mempertajam realitas tersebut. Seperti yang dikatakan Chua

Interaksi yang saling menguntungkan antara pengetahuan dan manusia –dunia fisika- pembuatan pengetahuan dibatasi oleh manusia yang membuat aturan atau keyakinan yang mendefenisikan wilayah pengetahuan, fenomena empirik dan hubungan keduanya. Epistimologi (studi yang menjelaskan bagaimana menentukan suatu ilmu) memutuskan asumsi adalah menghitung keyakinan yang dapat diterima oleh kriteria yang spesifik dan proses menaksir klaim kebenaran

Tinker memberi contoh yang menarik dari ilmu astronomi untuk mengilustrasikan masalah yang dirasakan oleh Critical Accountant. Ia membicarakan planet Uranus. Semua periset akan mengatakan bahwa ‘Uranus’ adalah planet sebuah entitas yang independen dari kita. CA’t mengatakan bahwa kita menginterpretasikan realitas yang kita namakan ‘Uranus’. Lagi pula usaha kita untuk menggambarkan secara ilmiah terbatas oleh instrumen yang memberi tahu kita yang perlu diinterprertasikan kembali. Sebagai contoh, ‘Venus’ memiliki permukaan yang sangat panas dan sering digambarkan ‘tidak bersahabat’ dan ‘bermusuhan’ meskipun itu hanya obyek yang mati.

Chua menggambarkan keadaan ini
Para filasuf yang kritis menerima standar dengan penjelasan ilmiah cukup pertimbangan konteks temporal. Kebenaran merupakan proses yang ditempa dari luar dan dalam praktik sosial dan sejarah. Tidak ada teori-kenyataan independen yang dapat membuktikan atau tidak secara meyakinkan sebuah teori.

Selanjutnya, ketika kita membahas pengukuran belaka, -sementara berkemungkinan  tidak benar, dan subyek yang membatasi instrumen pengukuran kita dan teori yang mendasari- kata-kata penjelasan mengambil alih realitas yang kita gambarkan.

Hal ini karena interpretasi kita terhadap realitas tidak bisa netral, makanya CA’t meyakini bahwa akuntansi harus lebih ditekankan untuk mencoba menyelesaikan masalah-masalah sosial. Ini dicurigai sebagai serangan yang ditujukan pada teori keagenan dan sifat dasar bebas nilai dari riset. Dalam riset CA sedikit menekankan pada model matematika dan statistik dan lebih pada penjelasan sejarah.

Inilah penjelasan untuk riset CA, mungkin lebih menjanjikan dari yang lain. Tetapi kami percaya bahwa semua pendekatan memberi kontribusi pada pengetahuan kita dan menyediakan wawasan pada proses kebijakan.

Revolusi Ilmiah Akuntansi?
Seperti dinyatakan dalam pembahasan mengenai banyak sudut pandang tentang riset akuntansi, riset akuntansi merupakan bidang yang dapat berubah secara terus menerus. Sebagian diprediksi sebagai revolusi ilmiah dalam akuntansi karena ketidakpuasan dengan paradigma yang ada. Paradigma adalah bagian pemecahan masalah yang dipandang sebagai ilmu atau disiplin. Dalam akuntansi, bagian paradigma adalah historical costing yang didasari oleh konsep realisasi, matching dan prinsip-prinsip lainnya seperti konservatisme, going concern, entitas akuntansi dan periode waktu. Ketidakmampuan historical cost dalam mengatasi masalah pelaporan keuangan sepanjang tahun 1970-an untuk bangkit dari inflasi hebat menyebabkan ketidakpuasan. Dampak inflasi pada saat itu ditambah lagi dengan bersamaan dengan pengembangan riset empirik di bidang akuntansi sebaik perspektif riset lainnya mengidamkan kemungkinan pengembangan paradigma dalam akuntansi.

Kita akan mempertanyakan apakah ini kasus sesungguhnya? Penganut current valuation saling berbeda pendapat, selanjutnya dengan mengurangnya inflasi selama tahun 1980-an kritik terhadap historical cost mereda. Akan tetapi pengaruh yang mempelopori pengembangan paradigma baru dalam akuntansi akan tetap ada. Dapat dikatakan bahwa banyak banyak pendekatan baru dalam riset dalam akuntansi saat yang menyenangkan untuk terlibat dengan akuntansi keuangan.

Hanya waktu yang akan menjawab apakah ada sebuah metode penilaian baru atau tipe paradigma lain yang akan muncul sebagai kekolotan baru kita

IKHTISAR
Salah satu jalan untuk mengembangkan teori akuntansi adalah melalui riset.
Metode mendapatkan kesimpulan dari premis dapat ditentukan dengan metode induktif (logika dari premis ke kesimpulan) dan dengan metode deduktif (mendapatkan data dan menyangkal hipotesis).
Metode deduktif bersifat normatif, umum, ideal sedangkan deduktif bersifat deskriptif murni (alaupun dalam mendapatkan temuan tidak bebas nilai
Metode deduktif dan induktif dapat saling melengkapi.
Jelasnya pembuatan kebijakan akuntansi adalah normatif sejak perhatian dengan menentukan metode akuntansi dan bagian tertentu yang membutuhkan pengungkapan.

Apakah akuntansi merupakan seni atau ilmu. Di bidang seni setiap orang bebas menggunakan interpretasi pribadinya dalam menjalankan keahliannya. Sedangkan ilmu lebih teliti, setiap pelaku harus memiliki konsensus yang melibatkan relatif banyak (pihak) ketika mengukur sebuah fenomena yang sama. Tetap ada kemungkinan perbedaan dalam ilmu. Akuntansi kelihatan lebih dekat kepada seni akibat terlalu banyak kebebasan dalam menentukan metode akuntansi dan ketelitian pengukuran fenomena oleh akuntan belum jadi disiplin saat ini.

Riset akuntansi mengikuti banyak arahan; yang paling dekat dengan fungsi penyusunan standar adalah decision-model approach. Banyaknya arahan tersebut belum dapat dikatakan sebagai revolusi ilmiah di bidang akuntansi, karena historical cost masih menjadi paradigma yang dominan



sumber : internet