Bab 1
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Perencanaan
merupakan salah satu empat fungsi manajemen yang penting dan saling terkait
satu sama lain. Berbicara tentang perencanaan, kita dihadapkan pada pertanyaan
apakah suatu rencana berjalan dengan baik atau tidak. Kesalahan perencanaan
dapat berada pada awal perencanaan itu sendiri ataupun pada saat proses
perencanaan itu berlangsung.
Suatu
rencana strategis menunjukkan implikasi , beberapa tahun ke depan , dari
implementasi strategi perusahaan. Perkembangan kemampuan manajer yang akan
mempengaruhi kariernya ditentukan salah satunya dari sisi kualitas untuk
berpikir secara strategis, yaitu kemempuan untuk melihat ke depan, memahami
lingkungan yang dinamis , dan posisi organisasi atau unit yang sub unit yang
efektif untuk memcapai kesuksesan pada perubahan waktu. Persaingan usaha
yang semakin tinggi, menuntut setiap
perusahaan untuk mahir dalam menerapkan keunggulan
strateginya guna mengoptimalkan laba.
Dengan
adanya perencanaan strategis ini maka konsepsi perusahaan menjadi jelas sehingga
akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana- rencana lain dan
dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif. Sehingga dapat
dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan keberhasilan organisasi
atau perusahaan.
Namun
demikian usaha kecil menengah dalam perkembangannya masih menghadapi berbagai
persoalan yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak antara lain
(Riyadi,2001) : (1) rendahnya
produktivitas, sumber daya manusia dan manajemen yang belum profesional, kurang
tanggap terhadap perubahan teknologi dan kurangnya permodalan, (2) akses pasar
yang belum memadai, termasuk di dalamnya
jaringan distribusi yang berfungsi
sebagai jalur pemasaran belum berjalan efisien, (3) belum adanya
tanda-tanda membaiknya perekonomian nasional serta (4) tantangan dari
perkembangan perdagangan bebas baik dalam rangka kerjasama AFTA, APEC, dan
GATT/WTO yang akan membawa dampak pada peningkatan persaingan usaha.
.
Bab 2
Landasan
Teori
1.1 Pengertian
Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses memutuskan
program-program yang akan dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah
sumber daya yang akan dialokasikan ke setiap program selama beberapa tahun ke
depan.
Karakteristik dari
Perencanaan Strategis
Manajer yang paling kompeten menghabiskan waktu yang
cukup lama untuk memikirkan mengenai masa depan. Hasilnya mungkin berupa
pemahaman informal mengenai arah masa depan yang akan diambil oleh entitas
tersebut, atau mungkin juga berupa pernyataan formal yang berisi rencana
spesifik mengenai bagaimana untuk sampai kea rah sana. Pernyataan formal dari
rencana semacam itu disebut di sini sebagai rencana strategis, serta proses
pembuatan dan revisi dari pernyataan ini disebut dengan perencanaan strategis
(di tempat lain disebut dengan perencanaan dan pemrograman jangka panjang).
1. Hubungan
dengan formulasi strategi
Ditarik perbedaan antara dua proses manajemen, yaitu
formulasi strategi dan perencanaan strategis. Karena “strategi” atau
“strategis” digunakan dalam kedua istilah, maka ada kemungkinan timbul
kebingungan. Perbedaannya adalah bahwa formulasi strategis merupakan proses
untuk memutuskan strategi baru, sementara perencanaan strategis merupakan
proses untuk memutuskan bagaimana mengimplementasikan strategi tersebut. Dalam
proses formulasi strategi, manajemen menentukan cita-cita organisasi dan
menciptakan strategi-strategi utama untuk mencapai cita-cita tersebut. Proses
perencanaan strategis kemudian mengambil cita-cita dan strategi yang telah
ditentukan tersebut dan mengembangkan program-program yang akan melaksanakan
strategi dan mencapai cita-cita tersebut secara efisien dan efektif.
2. Evolusi dari Perencanaan strategis
Lima puluh tahun yang lalu, proses perencanaan strategis
di hampir semua organisasi adalah tidak sistematis. Jika manajemen memikirkan
perencanaan jangka panjang, hal tersebut tidak dilakukan dengan cara yang
terkoordinasi. Beberapa perusahaan memulai sistem perencanaan strategis formal
di akhir tahun 1950-an, akan tetapi hampir semua usaha-usaha awal tersebut
merupakan kegagalan, karena merupakan adaptasi minor dari sistem pembuatan
anggaran yang ada.
Data yang
diperlukan jauh lebih terinci dari seharusnya; para staf dan bukannya manajemen
lini yang melakukan hampir semua pekerjaan tersebut; dan para partisipan
menghabiskan banyak waktu untuk mengisi formulir dan bukannya untuk memikirkan
secara mendalam mengenai alternatif-alternatif dan memilih terbaik di antaranya.
Dengan berjalannya waktu, manajemen mengambil pelajaran dari pengalaman mereka.
Saat ini banyak organisasi menghargai keunggulan dari
pembuatan rencana untuk tiga atau lima tahun ke depan. Praktik menyatakan
rencana tersebut dalam dokumen atau model formal adalah luas, tetapi bukan
berarti diterima secara universal. Jumlah rincian umumnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan rencana strategis pada tahun 1950-an.
3. Manfaat dan Keterbatasan dari Perencanaan
Strategis
·
Kerangka Kerja untuk
Pengembangan Anggaran
Suatu anggaran operasi memerlukan komitmen sumber daya
untuk tahun mendatang. Oleh karena itu, adalah penting bahwa manajemen membuat
komitmen sumber daya semacam itu dengan ide yang jelas mengenai ke mana arah
organisasi untuk beberapa tahun ke depan. Suatu rencana strategis menyediakan
kerangka kerja yang lebih luas tersebut. Dengan demikian, manfaat penting dari
pembuatan suatu rencana strategis adalah bahwa rencana tersebut menfasilitasi
formulasi dari anggaran yang efektif.
·
Alat Pengembangan Manajemen
Perencanaan strategis formal adalah alat pendidikan dan
pelatihan manajemen yang unggul dalam memperlengkapi para manajer dengan suatu
pemikiran mengenai strategi dan implementasinya. Tidak berlebihan jika
dikatakan bhwa dalam perencanaan strategis formal, prose situ sendiri adalah
jauh lebih penting dibandingkan dengan output dari proses tersebut, yang
merupakan dokumen rencana.
·
Mekanisme untuk Memaksa
manajemen memikirkan jangka panjang
Manajer cenderung untuk lebih khawatir mengenai
masalah-masalah taktis dan pengelolaan urusan-urusan bisnis rutin saat ini
dibandingkan mengenai penciptaan masa depan. Proses perencanaan strategis
formal memaksa manajer untuk menyediakan waktu guna memikirkan masalah-masalah
jangka panjang yang penting.
·
Alat untuk Menyejajarkan
Manajer dengan Strategi korporat
Debat, diskusi, dan negosiasi yang terjadi selama proses
perencanaan mengklarifikasi strategi korporat, menyatukan dan menyejajarkan
manajer dengan strategi semacam itu, dan mengungkapkan implikasi dari strategi
korporat bagi manajer individual. Seperti yang akan ditunjukkan, keputusan
program dibuat pada satu waktu, dan rencana strategis menyatukannya. Pembuatan
rencana strategis mungkin mengungkapkan bahwa keputusan-keputusan individual
tidak menciptakan suatu keseluruhan yang memuaskan. Keputusan strategis yang
dipengaruhi oleh perencanaan bencana meliputi disperse geografis dari staf dan
sumber daya, rencana kontinjensi untuk kehilangan dari seluruh fungsi bisnis,
dan tingkat pendanaan untuk dana pemulihan akibat bencana dari korporat.
4. Proses
Perencanaan Strategis
Strategi merupakan suatu kegiatan yang menentukan
petunjuk dan pengarahan yang kritis terhadap pengalokasian sumber daya untuk
memcapi sasaran jangka panjang organisasi. Dalam prakteknya pilihan strategi
merupakan sesuatu yang kompleks dan tugas yang berisiko. Beberapa strategi
organisasi diharapkan dapat menghadapi lingkungan yang kompetitif. Disini
manajer merencanakan bauran kekuatan dan kelemahan organisasi dengan kesempatan
dan ancaman di lingkungannya.Proses perencanaan strategis atau manajemen
strategis merupakan proses penganggaran usaha perencanaan strategis dan
menjamin strategi tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga menjamin
kesuksesan organisasi dalam jangka panjang.
5. Menganalisis Program-program baru yang
diusulkan
Ide-ide untuk program baru dapat berasal dari mana pun
dalam organisasi: dari CEO, dari staf perencanaan kantor pusat, atau dari
berbagai bagian organisasi yang beroperasi. Misalnya, dalam 3M Corporation, ide
untuk notes “Post-It” berasal dari bawah organisasi, bukan merupakan inisiatif
dari CEO. Organisasi riset dan pengembangan diharapkan menghasilkan ide-ide
untuk produk atau proses baru, organisasi pemasaran diharapkan menghasilkan
inovasi pemasaran, dan organisasi teknik produksi diharapkan menghasilkan
peralatan dan metode produksi yang lebih baik.Usulan-usulan
untuk program pada intinya bersifat reaktif atau proaktif, yaitu muncul sebagai
reaksi terhadap ancaman yang dirasakan, seperti kabar burung mengenai
pengenalan produk baru oleh pesaing, atau sebagai inisiatif untuk
mengkapitalisasi suatu kesempatan.
6. Analisis
Investasi Modal
Hampir semua usulan memerlukan modal baru yang
signifikan. Teknik-teknik untuk menganalisis usulan investasi modal berusaha
untuk menemukan (a) nilai sekarang bersih dari proyek tersebut, yaitu,
kelebihan nilai sekarang dari estimasi arus kas masuk terhadap jumlah investai
yang diperlukan, atau (b) tingkat pengembalian internal yang implisit dalam
hubungan antara kas yang masuk dan keluar. Intinya adalah bahwa teknik-teknik
ini digunakan hanya pada sekitar separuh situasi di mana secara konseptual,
teknik-teknik ini dapat diterapkan. Paling tidak ada empat alasan untuk tidak
menggunakan teknik nilai sekarang dalam menganalisis semua usulan.
1. Usulan tersebut mungkin jelas menarik sehingga
perhitungan dari nilai sekarang bersihnya tidak diperlukan. Mesin yang baru
dikembangkan dan yang mengurangi biaya secara substansial sehingga akan
memberikan pengembangan dalam satu tahun adalah salah-satu contohnya.
2. Estimasi yang terlibat dalam usulan begitu tidak pasti
sehingga membuat perhitungan nilai sekarang bersih dipercaya tidak sesuai
dengan usahanya.
3. Alasan untuk usulan tersebut adalah selain peningkatan
dalam profitabilitas. Pendekatan nilai sekarang mengasumsikan bahwa “fungsi
tujuan” adalah meningkatkan laba, tetapi banyak usulan investasi yang
memperoleh persetujuan berdasarkan alasan bahwa usulan tersebut meningkatkan
semangat karyawan, citra perusahaan, atau keselamatan kerja.
4. Tidak ada alternative yang layak untuk diadopsi. Hukum
lingkungan mungkin mengharuskan investasi dalam suatu program baru.
Di sini dijelaskan secara singkat beberapa pertimbangan
yang berguna dalam mengimplementasikan sistem evaluasi pengeluaran modal.
Aturan-aturan. Perusahaan
umumnya mempublikasikan aturan dan prosedur untuk persetujuan usulan
pengeluaran modal dengan berbagai besaran. Usulan pengeluaran yang kecil dapat
disetujui di tingkat manajer pabrik, bergantung pada total jumlah yang telah
ditentukan dalam satu tahun, dan usulan yang lebih besar akan diteruskan ke
manajer unit bisnis, lalu ke CEO, dan, dalam kasus usulan yang sangat penting,
ke dewan direksi.
Menghindari Manipulasi. Para
pengusul yang mengetahui bahwa proyek mereka dengan nilai sekarang bersih yang
negative kemungkinan besar tidak akan disetujui, bisa saja “nekat” bahwa proyek
tersebut harus diambil. Dalam beberapa kasus, mereka mungkin membuat usulan
tersebut menjadi menarik dengan cara menyesuaikan estimasi awal, sehingga
proyek tersebut memenuhi kriteria numerik-mungkin dengan membuat estimasi yang
optimistis atas pendapatan penjualan atau dengan mengurangi penyisihan untuk
kontijensi dalam beberapa elemen biaya. Salah-satu tugas yang paling sulit dari
analisis proyek adalah untuk mendeteksi manipulasi semacam itu.
Model. Selain
model pembuatan anggaran modal yang mendasar, ada teknik-teknik spesialisasi,
seperti analisis risiko, analisis sensitivitas, simulasi, perencanaan scenario,
teori permainan, model penetapan harga opsi, analisis klaim kontinjen, dan
analisis diagram pohon untuk pengambilan keputusan.
7. Menganalisis Program-program yang sedang
berjalan
Selain mengembangkan program-program baru, banyak
perusahaan memiliki cara yang sistematis untuk menganalisis program-program
yang sedang berjalan. Beberapa teknik analitis dapat membantu dalam proses ini.
Bagian ini menggambarkan analisis rantai nilai dan pertimbangan biaya
berdasarkan aktivitas.
1. Analisis Rantai Nilai
Rantai nilai untuk perusahaan mana pun adalah sekelompok
aktivitas yang menciptakan nilai dan saling berhubungan yang menjadi bagiannya,
dari memperoleh bahan baku dasar untuk pemasok komponen sampai membuat produk
akhir dan mengantarkannya ke pelanggan akhir. Dari perspektif perencanaan
strategis, konsep rantai nilai menyoroti tiga bidang yang potensial berguna:
Ø Hubungan
dengan pemasok
Ø Hubungan dengan pelanggan
Ø Hubungan
proses di dalam rantai nilai dari perusahaan tersebut.
ü Hubungan
dengan Pemasok
Hubungan dengan pelanggan sebaiknya dikelola sedemikian
rupa sehingga baik perusahaan maupun pemasoknya sama-sama memperoleh manfaat.
Mengambil keuntungan dari kesempatan semacam itu dapat secara dramatis
mengurangi biaya, meningkatkan nilai, atau keduanya.
ü Hubungan
dengan Pelanggan
Hubungan dengan pelanggan juga dapat menjadi sama
pentingnya seperti hubungan dengan pemasok. Ada banyak contoh mengenai hubungan
yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan pelanggannya.
ü Hubungan
Proses dengan Rantai Nilai dari Perusahaan.
Analisis rantai nilai secara eksplisit mengakui fakta
bahwa aktivitas nilai individual dalam perusahaan tidaklah independen tetapi
saling bergantung. Contoh. Di McDonald’s, penentuan waktu dari kampanye promosi
secara signifikan mempengaruhi utilisasi kapasitas produksi (aktivitas nilai
yang lain). Aktivitas yang berhubungan ini harus dikoordinasikan untuk
merealisasikan dampak penuh dari promosi.
Suatu perusahaan mungkin ingin menganalisis hubungan
proses di dalam rantai nilai, mencari cara untuk meningkatkan efisiensinya.
Tujuan keseluruhan dari analisis ini adalah untuk memindahkan bahan baku
pertama dari pemasok, melalui produksi, dan ke pelanggan dengan biaya rendah,
waktu terpendek, dan kualitas yang dapat diterima.
Efisiensi dari bagian desain rantai nilai dapat
ditingkatkan dengan mengurangi jumlah komponen terpisah dan meningkatkan
kemudahan untuk memproduksinya.
2. Perhitungan biaya Berdasarkan Aktivitas
Meningkatnya komputerisasi dan otorisasi
di pabrik-pabrik telah mengarah pada perubahan-perubahan penting dalam sistem
untuk mengumpulkan dan menggunakan informasi biaya. Enam puluh tahun yang lalu,
hampir semua perusahaan mengalokasikan biaya overhead ke produk melalui tarif
overhead tingkat pabrik yang didasarkan pada jam atau dolar tenaga kerja
langsung.
Dalam sistem yang lebih baru ini, kata aktivitas
seringkali digunakan dibandingkan dengan kata pusat biaya, dan pemicu biaya
lebih sering digunakan dibandingkan dengan kata dasar alokasi; dan sistem biaya
ini disebut dengan sistem perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
(activity-based cost-ABC).
8. Proses Perencanaan Strategis
Dalam suatu perusahaan yang beroperasi sesuai dengan
tahun kalender, proses perencanaan strategis dimulai pada musim semi dan
diselesaikan pada musim gugur, tepat sebelum pembuatan anggaran tahunan. Proses
tersebut melibatkan langkah-langkah berikut ini :
1. Meninjau dan memperbaharui rencana strategis dari
tahun lalu
Selama satu tahun, keputusan yang mengubah rencana
strategis dibuat; manajemen membuat keputusan kapan pun ada kebutuhan akan hal
itu, dan bukan sebagai respons terhadap terhadap jadwal yang telah ditentukan.
Secara konseptual, implikasi dari setiap keputusan untuk lima tahun ke depan
sebaiknya dimasukkan dalam rencana strategis segera setelah keputusan tersebut
dibuat. Jika tidak, rencana formal tersebut tidak lagi mencerminkan jalan yang
direncanakan akan diikuti oleh perusahaan. Khususnya, rencana tersebut tidak
mencerminkan dasar yang berlaku untuk menguji usulan strategi dan program yang
merupakan salah-satu nilai utama rencana itu.
2. Memutuskan asumsi dan pedoman
Rencana strategis yang telah diperbaharui memasukkan
asumsi-asumsi luas seperti pertumbuhan dalam Produk Domestik Bruto (PDB),
pergerakan musiman, tarif upah, tenaga kerja, harga-harga dari bahan baku
penting, tingkat bunga, harga jual, kondisi pasar seperti tindakan pesaing, dan
dampak dari undang-undang pemerintah di setiap Negara di mana perusahaan
beroperasi. Asumsi-asumsi ini diperiksa kembali dan jika diperlukan diubah
untuk memasukkan informasi paling akhir.
3. Iterasi Pertama dari Rencana Strategis
Menggunakan asumsi, tujuan dan pedoman tersebut, unit
bisnis dan unit operasi lainnya membuat rangcangan pertama dari rencana
strategis, yang mungkin memasukkan rencana operasi yang berbeda dari yang
dimasukkan dalam rencana sekarang, seperti perubahan dalam taktik pemasaran;
dengan didukung alasan. Staf unit bisnis melakukan banyak pekerjaan analitis,
tetapi manajer unit bisnis membuat keputusan akhir. Bergantung pada hubungan
pribadi, karyawan unit bisnis dapat mencari saran dari staf kantor pusat dalam
pengembangan rencana-rencana ini. Anggota dari staf kantor pusat sering kali
mengunjungi unit bisnis selama proses ini dengan tujuan untuk mengklarifikasi
pedoman, asumsi, dan instruksi, serta secara umum, untuk membantu dalam proses
perencanaan
4. Analisis
Ketika kantor pusat menerima rencana unit bisnis, kantor
pusat mengagregasikannya menjadi satu rencana strategis korporat secara
keseluruhan, Staf perencanaan dan pemasaran, produksi dan eksektif fungsional
lainnya di kantor pusat menganalisis rencana ini secara mendalam. Unit bisnis X
merencanakan taktik pemasaran baru; apakah mungkin bagi bahwa penjualan yang
dihasilkan akan sebesar seperti yang diindikasikan pada rencana tersebut?
5. Iterasi Kedua dari Rencana Strategis
Analisis dari penyerahan pertama mungkin memerlukan
revisi rencana dari beberapa unit bisnis saja, tetapi dapat juga mengarah pada
perubahan dalam asumsi dan pedoman yang mempengaruhi semua unit bisnis.
Misalnya, agregasi dari semua rencana mungkin mengindikasikan bahwa penurunan
kas akibat peningkatan persediaan dan pengeluaran modal lebih besar daripada
yang dapat ditoleransi perusahaan dengan aman; jika demikian, mungkin ada
kebutuhan untuk menunda pengeluaran di seluruh organisasi. Keputusan ini
mengarah pada revisi dari rencana.
6. Tinjauan dan Persetujuan Akhir
Suatu pertemuan dengan pejabat-pejabat senior korporat
umumnya mendiskusikan rencana yang direvisi secara panjang lebar. Rencana
tersebut juga mungkin dipresentasikan pada suatu pertemuan dengan dewan
direksi. CEO memberikan persetujuan akhir,. Persetujuan tersebut sebaiknya
dilakukan sebelum awal dari proses pembuatan anggaran, karena rencana strategis
merupakan input yang penting bagi prose situ.
KINERJA PERUSAHAAN
Pengukuran kinerja merupakan sesuatu yang kompleks dan
merupakan tantangan besar bagi para peneliti
(Beal,2000) karena sebuah konstruk kinerja yang bersifat
multidimensional dan oleh karena itu pengukuran kinerja dengan dimensi pengukuran
tunggal tidak mampu memberikan pemahaman yang komprehensif (Bhargava et
al,1994). Sehingga pengukuran kinerja hendaknya menggunakan atau
mengintegrasikan pengukuran yang beragam (multiple measures) (Bhargava et
al,1994; Venkatraman & Ramunajam,1986).
Beal (2000) mengemukakan bahwa
belum ada konsensus tentang ukuran kinerja yang paling layak dalam sebuah
penelitian dan ukuran-ukuran obyektif kinerja yang selama ini dipakai dalam
banyak penelitian masih banyak kekurangan. Misalnya ukuran ROI (Return On
Investment) mempunyai kelemahan, karena terdapat berbagai macam metode
pengukuran depresiasi, persediaan dan
nilai fixed cost (Wright et al, 1995). Lebih jauh Sapienza et
al (1988) mengemukakan bahwa ukuran kinerja organisasi berbasis akuntansi dan
keuangan memiliki kekurangan selain disebabkan oleh bervariasinya metode
akuntansi, juga disebabkan oleh adanya kecenderungan manipulasi angka dari
pihak manajemen sehingga pengukuran menjadi tidak valid. Untuk menngantisipasi
tidak tersedianya data-data kinerja obyektif dalam sebuah penelitian, maka
dimungkinkan untuk menggunakan ukuran subyektif, yang mendasarkan pada persepsi
manajer (Beal,2000). Zahra and Das (1993) membuktikan bahwa ukuran kinerja
subyektif memiliki tingkat reliabilitas dan validitas yang tinggi. Disamping itu penelitian Voss & Voss
(2000) menunjukkan adanya korelasi yang erat antara ukuran kinerja subyektif
dan ukuran kinerja obyektif.
Berdasar uraian diatas, kinerja perusahaan diukur dengan
menggunakan pengukuran subyektif yang mendasarkan pada persepsi staf dan
manajer perusahaan atas berbagai dimensi pengukuran kinerja perusahaan. Dimensi
pengukuran kinerja yang lazim digunakan dalam berbagai penelitian adalah
pertumbuhan (growth), kemampulabaan (profitability) dan efisiensi (Murphy, et.al,
1996).
Barkham,et.al (19960 dalam Wicklund (1999) menegaskan
bahwa pertumbuhan penjualan merupakan indikator kinerja yang sangat lazim dan
telah menjadi konsensus sebagai ukuran dimensi pertumbuhan terbaik. Lebih
lanjut,
KEUNGGULAN BERSAING
Konsep
keunggulan bersaing perusahaan banyak dikembangkan dari strategi generik yang
dikemukakan oleh Porter (1985). Hal-hal yang dapat mengindikasikan variabel
keunggulan bersaing adalah imitabilitas, durabilitas, dan kemudahan menyamai.
Keunggulan bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing.
Keunggulan perusahaan pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat
diciptakan perusahaan bagi para pembelinya.
Bila kemudian perusahaan mampu menciptakan keunggulan
melalui salah satu dari ketiga strategi generik tersebut, maka akan didapatkan
keunggulan bersaing (Aaker,1989) Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan,
keunggulan bersaing dipandang sebagai sesuatu yang dapat digunakan dalam atau
sebagai strategi perusahaan. Keunggulan bersaing dapat dipahami dengan
memandang perusahaan sebagai
keseluruhan, berasal dari banyak aktivitas yang berlainan yang dilakukan oleh
perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan dan mendukung
penjualan (Porter,1999). Sehingga keunggulan bersaing adalah suatu posisi yang
masih dikerjakan organisasi sebagai upaya mengalahkan pesaing.
Pendekatan
resources based (RB) memandang aktivitas ekonomi atau bisnis dari sisi
pemanfaatan sumber daya dan kapabilitasnya, bukan menurut pasar yang dilayani.
Pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas ini dalam rangka membangun daya saing
yang diarahkan kepada usaha-usaha menangkap berbagai peluang mengatasi berbagai
ancaman dalam persaingan, sehingga dari kondisi ini dibangun strategi untuk
menghambat para pesaing berupa kesulitan untuk ditiru (barriers to imitation)
(Syafar,2004:10).
D’Aveni (1994) dalam (Syafar,2004:10) menyatakan
keunggulan pada dasarnya dinamis, dan tidak bisa dipertahankan. Persaingan hari
ini dan masa mendatang harus dipandang sebagai persaingan dengan dinamika
tinggi bukan suatu yang statis sehingga kita perlu melalui hal tersebut dengan beberapa pemikiran
strategi.
Bab 3
Perumusan
Masalah
3.1
Perumusan masalah
Mengingat perkembangan bisnis yang
berubah dengan cepat dan perencanaan strategis perusahaan yang memberikan
perhatian besar dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang akan terjadi di
masa depan maka penerapan sistem perencanaan strategis di lingkungan perusahaan
merupakan kebutuhan yang mendesak (Rahardjo,1998). Dari uraian tersebut
menunjukkan perumusan masalah yaitu ”Bagaimana menciptakan keunggulan bersaing,
maka masalah yang timbul dari bahasan ini :
1.
Apa
sajakah factor- factor yang mempengaruhi perencanaan startegis untuk mencapai
keunggulan kompetitif dalam perusahaan ?
2.
Bagaimana
menciptakan keunggulan bersaing ?
3.
Apakah
perencanaan strategic berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam upaya
menciptakan keunggulan bersaing ?
3.2 Analisis
atau evaluasi
1.
Faktor- factor yang mempengaruhi perencanaan
strategis untuk mencapai keunggulan kompetitif dalam perusahaan :
1. Faktor Manajerial
Kompetensi dalam perencanaan strategi dapat menentukan
derajat dimana perusahaan menjadi terkait dengan perencanaan strategis. Proses perencanaan
strategis bergantung pada sumber-sumber manajerial tertentu. Faktor
personalitas manajerial yang berpengaruh pada perencanaan strategis dan
keyakinan terhadap adanya hubungan antara perencanaan – kinerja ( Hopkins and
Hopkins,1997).
Henry (1980)
dalam (Hopkins and Hopkins,1997) menduga bahwa keterlibatan manajemen dalam
perencanaan strategi adalah karena pemahaman untuk menyakinkan bahwa proses
perencanaan strategi dilaksanakan secara
kompehensif, sangat sedikit atau tidak ada perhatian tergantung apakah manajemen
memiliki keahlian untuk menjalankan proses.
Eastlack &
McDonald (1970) menemukan bahwa kinerja perusahaan akan lebih baik pada
perusahaan yang melibatkan proses perencanaan strategi. Penemuan tersebut
menunjukkan terdapat keyakinan pada para manajer bahwa perencanaan strategis
dapat memberikan kemanfaatan terhadap perusahaan yang dipimpinnya ( Hopkins and
Hopkins,1997).
Keahlian dalam
perencanaan strategi ini termasuk didalamnya adalah pengetahuan dan keahlian
untuk penerapan perencanaan strategis. Pada penelitian yang terdahulu ditemukan
bahwa kompetensi dalam perencanaan strategis dapat menentukan derajat
perusahaan untuk menerapkan perencanaan strategis ( Higgins dan Vince,1993).
2. Faktor Lingkungan
Faktor
lingkungan sangat berperan terhadap kondisi usaha, karena faktor lingkungan ini sangat menentukan strategi yang
akan dijalankan (Covin and Covin,1990; Miller and Friesen,1982). Pearce dan
Robinson (1997) menyatakan bahwa perumusan strategi memedomani eksekutif dalam
menetapkan kebijakan organisasi untuk mencapai tujuan akhir serta cara yang
akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Perumusan strategi yang
efektif dan efisien adalah perumusan yang memadukan perspektif yang
berorientasi kedepan dengan lingkungan internal dan lingkungan eksternal
organisasi.
Lingkungan
eksternal diketahui mempunyai peranan besar dalam mempengaruhi pengambilan
keputusan manajerial, proses dan struktur organisasi (Keats & Hitt,1988),
maka lingkungan eksternal penting untuk selalu dipantau dan dianalisis.
Pengamatan lingkungan merupakan suatu proses penting dalam manajemen yang strategis, sebab pengamatan
adalah mata rantai yang pertama dalam rantai tindakan dan persepsi yang memungkinkan
suatu organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Hambrick, 1982
dalam Abdalla dan Sammy,1995)
Dalam beberapa
literatur dikenal beragam dimensi lingkungan, pada lingkungan eksternal
dikonseptualisasikan sebagai konstuk yang bersifat multi dimensi (Tan &
Lischert,1994; Van Egeren dan O’Connor,1998 dalam tesis Nomastuti Junita
Dewi,2005) terdapat dimensi-dimensi lingkungan eksternal yang masuk dalam
literatur-literatur manajemen strategi dan teori organisasi terdiri dari 3
dimensi yaitu : (a) Dukungan lingkungan (environmental munifence) adalah
sejauh mana sumber daya yang diberikan lingkungan dapat mendukung
pertumbuhan & stabilitas yang diperlukan oleh organisasi. (b) Dinamika
lingkungan (environmental dynamism) adalah tingkat perubahan yang tidak dapat
diprediksi dan sulit direncanakan sebelumnya dalam elemen-elemen lingkungan,
misal sektor pelanggan, pesaing, pemerintah dan teknologi. (c) Kompleksitas
lingkungan (environmental complexity) adalah heterogenitas dari rangkaian
aktivitas-aktivitas lingkungan. Penilaian lingkungan dianggap sebagai aktivitas
pendahuluan bagi formulasi tujuan-tujuan tertentu.Bagian dari aktifitas ini
mempunyai landasan dari literatur normatif pada formulasi strategi.
3.
Faktor
Kultur Organisasi
Sebuah paper menyatakan bahwa sebuah
kultur/budaya perusahaan dapat menjadi alat praktis manajemen dan mampu
mendukung perubahan proses manajemen
dalam memanaje perubahan strategi. Bagi sebagian orang berpendapat bahwa
budaya perusahaan sama antara satu dengan yang lain, tapi perlu diketahui bahwa
budaya perusahaan secara akademik dapat digunakan sebagai jembatan antara
analisis level mikro dan makro. Penghubung antara perilaku organisasi pada
level operasional dalam perusahaan dan manajemen stratejik. Bagi para praktisi,
budaya merupakan pilihan seseorang dalam memahami dunia organisasi mereka
dengan mempelajari pengalaman mereka
sehari-hari dalam organisasi dengan perubahan secara nyata dalam dunia
bisnis (Wilkins,1993).
Budaya perusahaan mencakup mengenai
nilai, aturan, kepercayaan didalamnya yang membentuk perilaku, sikap yang
menguntungkan (Schein,1992) sehingga budaya perusahaan dapat mempengaruhi
kepuasan karir seseorang dan komitmen organisasi. Karena ada persamaan mengenai
tipologi dan dimensi dari budaya organisasi. Menurut (Chen,2004) budaya
perusahaan memberikan efek signifikan terhadap tanggung jawab dan komitmen
karyawan pada organisasi mereka. Sikap dan perilaku langsung dari pimpinan akan
mempengaruhi tanggung jawab dan komitmen karyawan serta perilaku mereka dalam
berinteraksi untuk menciptakan budaya perusahaan.
Sebuah survey ditemukan mengenai hal
yang mempengaruhi perilaku diindikasikan bahwa responden percaya bahwa budaya
perusahaan merupakan faktor penting dalam kunci keberhasilan dalam kapabilitas
ini (Anonymous,1998) memberikan pentingnya budaya perusahaan dan dampaknya pada
perubahan organisasi.
Merujuk pada (Modway et.al,1979)
komitmen organisasi terdiri dari tiga faktor yaitu kepercayaan yang kuat dan
penerimaan dalam tujuan dan nilai perusahaan, kemauan yang keras dalam
memperhatikan hasil tidak setengah-tengah pada perusahaan, keinginan yang kuat
dalam mengatur keanggotaan dalam organisasi. Kepuasan kerja mempengaruhi dalam
tugas khusus pada lingkungan dimana karyawan bekerja (Modway,Porter &
Steers,1982), kepuasan dapat dilihat secara instrinsik, ekstrinsik dan
kepuasan total (Weiss,Dawis, England & Lofquist,1967). Harris dan Mossholder (1996) menggarisbawahi
bahwa budaya perusahaan merupakan dasar dari seluruh faktor manajemen sumber
daya manusia. Ini juga mempengaruhi perilaku yang merujuk pada hasil yaitu,
komitmen, motivasi, moral dan kepuasan.
2.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki keunggulan
kompetitif ketika perusahaan tersebut mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki
pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari perusahaan lain, atau mampu
melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain.
Konsep
keunggulan bersaing perusahaan banyak dikembangkan dari strategi generik yang
dikemukakan oleh Porter (1985). Hal-hal yang dapat mengindikasikan variabel
keunggulan bersaing adalah imitabilitas, durabilitas, dan kemudahan menyamai.
Keunggulan bersaing adalah jantung kinerja perusahaan dalam pasar bersaing.
Keunggulan perusahaan pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang dapat
diciptakan perusahaan bagi para pembelinya.
Bila kemudian perusahaan mampu menciptakan
keunggulan melalui salah satu dari ketiga strategi generik tersebut, maka akan
didapatkan keunggulan bersaing (Aaker,1989) Dalam rangka meningkatkan kinerja
perusahaan, keunggulan bersaing dipandang sebagai sesuatu yang dapat digunakan
dalam atau sebagai strategi perusahaan. Keunggulan bersaing dapat dipahami dengan
memandang perusahaan sebagai keseluruhan, berasal dari banyak aktivitas yang
berlainan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendesain, memproduksi,
memasarkan, menyerahkan dan mendukung penjualan (Porter,1999). Sehingga
keunggulan bersaing adalah suatu posisi yang masih dikerjakan organisasi
sebagai upaya mengalahkan pesaing.
Pendekatan resources based (RB) memandang aktivitas
ekonomi atau bisnis dari sisi pemanfaatan sumber daya dan kapabilitasnya, bukan
menurut pasar yang dilayani. Pemanfaatan sumber daya dan kapabilitas ini dalam
rangka membangun daya saing yang diarahkan kepada usaha-usaha menangkap
berbagai peluang mengatasi berbagai ancaman dalam persaingan, sehingga dari
kondisi ini dibangun strategi untuk menghambat para pesaing berupa kesulitan
untuk ditiru (barriers to imitation) (Syafar,2004:10).
D’Aveni (1994)
dalam (Syafar,2004:10) menyatakan keunggulan pada dasarnya dinamis, dan tidak
bisa dipertahankan. Persaingan hari ini dan masa mendatang harus dipandang
sebagai persaingan dengan dinamika tinggi bukan suatu yang statis sehingga kita
perlu melalui hal tersebut dengan
beberapa pemikiran strategi.
Keunggulan bersaing juga dapat
diciptakan dengan cara :
Tahapan Model I/O
1.
Pelajari lingkungan eksternal
2.
Pilih industri yang menarik
3.
Formulasikan strategi
4.
Kembangkan dan peroleh aset yang diperlukan
5.
Implementasi strategi
6.
Gunakan kekuatan perusahaan untuk
mengimplementasikan strategi
7.
Berusaha mencapai kinerja di atas rata-rata industri
Tahapan Model Resource-Based
1.
Mengidentifikasi sumber daya perusahaan
2.
Tentukan kapabilitas perusahaan
3.
Tentukan bagaimana sumber daya dan kapabilitas
perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif
4.
Lokasikan suatu industri dengan peluang yang dapat
dieksploitasi
5.
Pilih strategi terbaik untuk mengeksploitasi sumber
daya dan kapabilitas dalam lingkungan industri
6.
Mengimplementasikan strategi yang dipilih agar
mengungguli pesaing dan memperoleh penghasilan di atas rata-rata industri
Model Gerilya
1.
Berbagai macam gangguan yang signifikan dan tidak
diperkirakan sebelumnya dapat menghambat perusahaan dalam mencapai keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan
2.
Sebuah organisasi yang berhasil harus pandai dalam
menyesuaikan dengan setiap perubahan yang terjadi
3.
Perencanaan strategic berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dalam upaya
menciptakan keunggulan bersaing.
Tujuan dari
strategi kompetitif adalah pencapaian keunggulan bersaing yang berkelanjutan
dengan meningkatkan kinerja perusahaan. Keunggulan kompetitif dapat dicapai
dari mengimplementasikan penciptaan strategi niali tidak secara simultan namun
melalui kondisi pesaing yang potensial (Barney,McWilliam and Turk
1989;Barney,1991).
Keunggulan yang
berkelanjutan dicapai ketika keunggulan
tersebut dapat bertahan dari erosi atau perilaku pesaing.(Porter,1985:pp.20)
dengan kata lain keterampilan dan sumberdaya yang mendasari dari keunggulan
kompetitif bisnis harus mampu bertahan dari duplikasi perusahaan lain
(Barney,1991). Menurut Barney, terdapat
4 (empat) esensi persyaratan dari sumberdaya dan keterampilan agar dapat
dikatakan sebagai sumberdaya dari keunggulan bersaing adalah : haruslah
bernilai, jarang atau unik dari perusahaan lainnya, bentuknya untuk dapat
dilakukan peniruan sangatlah sulit karena produk/jasa tersebut sempurna serta
tidak mudah untuk dapat digantikan dengan sumberdaya yang lainnya (Barney 1991;
Coyne,1985).
Berkaitan
antara pengaruh kinerja perusahaan terhadap keunggulan bersaing dapat tercapai ketika kemampuan manajemen dan
menggunakan kreasi dan mengimplentasikan strategi agar tahan pada keunggulan
yang banyak terjadi peniruan, mampu menciptakan faktor hambatan dalam jangka
waktu yang lama (Bharawaj, Varadarajan dan Fahy,1993; Grant,1995; Mahoney dan
Pandian,1992; Rumelt,1984).
Bab 4
Kesimpulan
Keunggulan
bersaing akan tercipta bila kinerja perusahaan baik dimana kinerja perusahaan
ini dipengaruhi oleh perencanaan stratejik. Semakin baik perencanaan stratejik
suatu perusahaan akan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada akhirnya dapat
menciptakan keunggulan bersaing. Sedangkan perencanaan stratejik dipengaruhi
oleh 3 faktor yaitu :
1.
Faktor
Manajerial
Faktor
manajerial mempunyai tiga indikator yang signifikan dalam mempengaruhi perencanaan
stratejik yaitu: keahlian manajerial, keyakinan manajerial dan profesionalitas
staff. Ketiga indikator dari faktor manajerial bila diurutkan berdasarkan kuat
pengaruhnya adalah sebagai berikut keyakinan manajerial, keahlian manajerial
dan profesionalitas staff. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor manajerial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perencanaan stratejik.
2.
Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan mempunyai tiga indikator yang signifikan dalam mempengaruhi
perencanaan stratejik yaitu : kompleksitas lingkungan (environmental
complexity), perubahan lingkungan (environmental dynamism) dan, dukungan
lingkungan (environmental munifence).
Dari ketiga indikator dari faktor lingkungan bila diurutkan berdasarkan kuat
pengaruhnya adalah sebagai berikut kompleksitas lingkungan, perubahan
lingkungan dan dukungan lingkungan.
3.
Kultur Organisasi
Kultur
organiasi mempunyai tiga indikator yang signifikan dalam mempengaruhi
perencanaan stratejik yaitu : Keterlibatan, Konsistensi, dan komitmen
organisasi. Dari ketiga indikator dari faktor lingkungan bila diurutkan
berdasarkan kuat pengaruhnya adalah sebagai berikut konsistensi, keterlibatan
dan komitmen organisasi.
Suatu
perusahaan dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika perusahaan tersebut
mempunyai sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik
dari perusahaan lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan
oleh perusahaan lain. Keunggulan bersaing dapat
diciptakan dengan cara :
ü Tahapan
Model I/O
ü
Tahapan Model Resource-Based
ü Model
Gerilya
Berkaitan
antara pengaruh kinerja perusahaan terhadap keunggulan bersaing dapat tercapai ketika kemampuan manajemen dan
menggunakan kreasi dan mengimplentasikan strategi agar tahan pada keunggulan
yang banyak terjadi peniruan, mampu menciptakan faktor hambatan dalam jangka
waktu yang lama.
Saran
1.
Aspek
faktor lingkungan yang perlu diperhatikan adalah menyesuaikan perubahan
lingkungan yang terjadi sehingga perusahaan dapat dengan mudah menerapkan
perencanaan stratejiknya.
2.
Aspek faktor manajerial yang perlu diperhatikan adalah peningkatan kemampuan
manajerial dari seorang manajer yang dapat dilakukan dengan pelatihan atau
training. Meningkatkan keyakinan karyawan bahwa ia mampu untuk mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
Sekaligus menekankan pada para pengrajin atau pemilik usaha untuk dapat
membuat perencanaan secara formal, karena dapat bermanfaat pada jangka waktu
yang akan datang.
3.
Aspek perencanaan stratejik yang perlu
diperhatikan adalah adanya visi, misi dan tujuan organisasi yang jelas sehingga
dapat melakukan dan mengembangkan perencanaan stratejik dengan mudah.
4.
Aspek kinerja perusahaan yang perlu
diperhatikan adalah peningkatan efisiensi dan efektifitas perusahaan dalam
menjalankan kegiatannya serta mencipatakan inovasi-inovasi dan kreatifitas
karyawan sehingga diharapkan dapat menciptakan keunggulan bersaing.
Daftar
Pustaka
Anthony, Robert N dan Govindarajan, Vijay, (2007). Management Control System, 12th
Edition, McGraw Hill.
Dinda Estika Asmarani , (2006) . Analisis Pengaruh Perencanaan Strategi Terhadap Kinerja Perusahaan
Dalam Upaya Menciptakan Keunggulan Bersaing , Universitas Diponegoro Semarang.
Mudrajad Kuncoro, Ph.D. Strategi (Bagaimana Meraih keunggulan
Kompetitif). Erlangga
Purwanto, Iwan. (2006). Manajemen Strategi, CV, Yrama Widya. Bandung
Tidak ada komentar :
Posting Komentar