Imam Syafi'i pernah mengatakan, jika kita mengupas satu surah Al Qur'an saja yaitu surah Al Ashr, niscaya itu sudah mencakup seluruh sendi kehidupan. Sejak aqil baliq, selain hak, manusia juga diberikan kewajiban dalam menjalani kehidupannya. Waktu memegang kunci penting akan bernilainya suatu kehidupan manusia. Yang beruntung adalah mereka yang mampu memanfaatkannya dengan baik.
Bertaubat dan Belajar dari kegagalan
Waktu dibagi menjadi; masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Ketiganya saling mempengaruhi pencapaian tujuan setiap insan ilahi, yaitu kesuksesan dan kebahagiaan. Namun, tak jarang di tengah perjalanan kita menemui kegagalan.
Ketika seorang Muslim mengalami kegagalan hendaknya ia (1)bertaubat dengan mengambil hikmah masa lalu. Kegagalan dipelajari untuk menghindari kesalahan yang terulang. Hubungan yang baik antara hamba dengan Sang Pencipta adalah ketika senantiasa tertanam dalam diri kita dua hal: (2)selalu merasa butuh dan perlu kepada Allah SWT serta (3)selalu berbaik sangka kepadaNya.
1. Saat kita merasa bergantung kepadaNya, kita akan (4)merasa takut akan murka dan azabNya jika kita tidak bertaubat.
2. Kala kita selalu berbaik sangka kepadaNya, akan tercipta (5) rasa optimis menjalani hidup, bahwa begitu besar rahmat dan kasih sayang Allah. Allah tak akan pernah memberikan ujian (dalam hal ini: kegagalan) yang tak mampu kita emban. Betapa banyak dosa dan kesalahan yang kita lakukan, pasti ampunan dan rahmat Allah lebih luas.
Taubat Nasuha ( taubat sejati)
1. Penyesalan
2. Tekad bulat dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan lagi
3. Mencari lingkungan yang lebih baik/ kondusif.
Taubat dalam arti sosial yaitu intropeksi, kembali memeriksa kesalahan diri agar tidak terulang lagi dan takut terulang kembali. Dari taubat yang dilakukan sungguh-sungguh akan membuahkan maghfirah (ampunan).
Setelah bertaubat, kita tidak diam. Ada kehidupan masa sekarang. Kita pun ber- mujahadah(6); berjuang bersungguh-sungguh menjalani kehidupan ini, tidak tinggal diam. Terus berjuang. Allah SWT pun menjamin siapa saja yang berjuang dan memegang teguh aturanNya: Dan orang-orang yang berjuang bersungguh-sungguh berada di atas aturan Kami. Sungguh benar-benar kami selalu akan membimbing dan mengarahkan mereka ke jalan-jalan Kami. (QS. 29 ayat 69). Dalam setiap perjuangan pasti ada kendala dan gesekan. Ketika itu terjadi, kita (7) bersabar.
Sabar & Perjuangan yang berkesinambungan
Apa itu sabar? Dalam Bahasa Arab, kata sabar diambil dari kata sibir/ sibrun : sesuatu yang lebih pahit dari jadam. Jadam merupakan sesuatu yang paling pahit di dunia, tetapi ada lagi yang lebih pahit yaitu sibir. Jadi, orang yang bersabar pastilah menjalani segala sesuatunya tidak enak, tidak menyenangkan, serta penuh kegetiran. Namun balasan bagi orang yang bersabar seperti yang telah dijanjikan Allah: “Sesungguhnya Allah akan memberikan balasan bagi orang yang sabar tanpa ada hitungan.” (Az Zumar ayat 10 )
Apa itu sabar? Banyak orang mengatakan 'sabar itu ada batasnya'. Menurut konsepsi Al Qur'an, seseorang disebut sabar jika ia memiliki empat karakter:
1. Daya tahan yang kuat/ tahan banting
2. Daya juang yang tangguh
Orang yang memiliki daya tahan yang kuat belum tentu mempunyai daya juang yang tangguh. Daya tahan harus disertai dengan daya juang yang sama kuatnya.
4. Aktif. Orang yang bersabar tidak diam/pasif. Ia mengatur strategi dalam menghadapi rintangan.
5. Kreatif. Cerdas menerapkan strategi-strategi menghadapi rintangan dalam perjuangan dengan istiqomah/ konsisten.
Dan berapa banyak nabi-nabi yang berperang bersama sejumlah besar pengikut mereka. Tiada mereka berlemah hati karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar. (QS Ali 'Imran ayat 146).
Dalam periode Mekkah, Rasulullah SAW banyak mengalami ujian terutama saat berpulangnya Siti Khadijah dan pamannya, Abu Thalib. Keduanya merupakan tulang punggung (ummudul faqri) Rasulullah selama melakukan dakwah. Di mana Khadijah mendukung secara materil harta dan Abu Thalib secara moril. Hal ini menunjukkan betapa kekuatan Islam harus ditopang dengan harta dan kekuasaan.
Kaum kafir Mekkah pun lebih leluasa mengganggu. Apa yang dilakukan Rasulullah pada waktu itu? Beliau berjuang dengan tidak menetap di Mekkah dan berangkat ke Ethiopia meminta dukungan. Dalam perjalanan beberapa bulan sampai di sana, Rasulullah diusir, dilempari batu hingga kakinya berlumuran darah. Di sini puncak kesabarannya. Beliau pun (8) bertawakal.
Tawakal
Ketika kita berjuang, begitu ada benturan kita terjatuh dan bersabar dengan bangkit kembali berjuang lebih keras, begitupun seterusnya. Seseorang belum dinamakan tawakal ketika ia hanya berjuang kemudian bersabar lalu tawakal. Karena tawakal itu upaya terakhir setelah perjuangan dan kesabaran dilakukan secara optimal hingga dirasakan segala daya upaya telah dikerahkan dalam perjuangannya.
Beberapa hal mengapa sabar dan berjuang harus dilakukan berkesinambungan:
* Ketika seorang hanya berjuang lalu bersabar dan langsung tawakal, nantinya ia belum siap menerima kenyataan. Sehingga, ketika mengalami kegagalan, ia akan pesimis. Sebaliknya jika sukses, ia akan lupa diri.
* Saat kita memutuskan ingin memasuki wilayah yang dinamakan tawakal, logika dan akal manusia sudah tidak berperan lagi.
Kata tawakal dari bahasa Arab berasal dari kata wakil artinya menyerahkan sepenuhnya. Contoh: seseorang mengatakan: “Saya mewakilkan masalah saya kepada anda”. Artinya: subjek yang mewakilkan ini sudah tidak lagi mempunyai kesanggupan menghadapi masalahnya. Dalam titik puncak ketidakberdayaan diri/ ketidakmampuan logika dalam menghadapi masalah, seseorang pun dapat 'bertawakal' kepada orang lain yang dianggapnya mampu dan lebih memiliki kekuatan darinya.
Apalagi ketika kita memutuskan bertawakal kepada Allah SWT, sangat dipastikan kita benar-benar telah sampai puncak kemampuan. Sedangkan kapasitas barometer keimanan manusia berbeda-beda.
Dengan kata lain, tidak mudah bagi orang mencapai tingkat tawakal. Karena tawakal harus melalui rangkaian kesabaran dan perjuangan yang dilakukan berulang-ulang hingga sampai pada titik tawakal.
Contoh: Kita menyewa rumah dan tiap bulannya harus membayar. Kita pun bekerja dan berusaha memenuhi kebutuhan termasuk melunasi sewa rumah. Namun hingga tiba waktu pelunasan, kita belum juga memperoleh uang untuk membayar setelah berusaha sekuat tenaga, saat itulah kita bertawakal: “Ya Allah kuserahkan semua ini kepadamu”.
Di sinilah hati yang bersuara, bukan lagi logika. Kita sudah pasrah dan siap
(9) menerima apapun keputusanNya (qadha & qadar).
Menyikapi kesuksesan
Ketika kita sukses, hendaknya tidak lupa diri. Bersyukurlah kepada Allah dengan rasa optimis kita akan memperoleh kesuksesan yang lebih besar lagi, karena perjalanan hidup seseorang tidak berhenti. Dalam lampiran skema pun dapat kita lihat hubungan masing-masing poin yang tidak berhenti.
Rasa optimis akan menimbulkan (10) rasa syukur. Bersyukur masih diberikan kehidupan, masih diberikan kesehatan serta kesempatan memperbaiki diri. Rasa optimis dan syukur ini membuahkan petunjuk (hidayah) dari Allah.
Pilihan dalam hidup
Begitu banyak pilihan-pilihan kehidupan yang diberikan Allah SWT untuk kita dalam perjuangan menuju cita-cita. Hasil (ketentuan) dari perjuangan yang akan diberikanNYa tergantung dari taubat, ibadah dan usaha kita masing-masing Maka marilah kita berdoa dan berjuang jangan menyerah!
Tidak ada komentar :
Posting Komentar