Ø    Biaya Modal
Modal adalah dana yang digunakan untuk membayai aktiva dan oerasi perusahaan. Modal terdiri dari hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. Biaya modal (cost of capital) adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar sahamnya. Biaya modal dapat dianggap sebagai tingkat pengembalian investor untuk menanamkan danaya ke dalam perusahaan. Para manager keuangan perusahaan harus mengetahui kapan dan seberapa besar kebutuhan akan biaya modal yang diperlukan untuk pengambilan putusan dalam penganggaran modal, dan pemaksimalan struktur permodalan. Selain itu, biaya modal juga dapat dikatakan sebagai tingkat diskonto yang tepat yang dapat digunakan dalam penganggaran modal. Meskipun penggunaan biaya modal yang paling penting adalah dalam penganggaran modal, namun biaya modal juga digunakan untuk tujuan lainnya. Sebagai contoh, biaya modal adalah faktor kunci dalam keputusan yang berhubungan dengan penggunaan modal utang atau modal ekuitas. Biaya modal juga penting untuk peraturan dalam perusahaan listrik, gas, dn telpon. Prasarana ini merupakan monopoli alami dalam arti bahwa satu perusahaan dapat memberikan jasa dengan biaya yang lebih rendah daripada perusahaan lainnya. Karena memiliki monopoli, maka perusahaan listrik atau telpon dapat mengeksploitasi anda jika tidak ada peraturan yang melarangnya. Hal ini dikarenakan sebagai berikut :
1.                  Menentukan biaya modal investor yang menyediakan utilitas.
2.                  Menetapkan tingkat harga yang dirancang untuk memperbolehkan perusahaan menghasilkan biaya modalnya, tidak kurang dan tidak lebih.
Perhitungan biaya penggunaan modal sangatlah penting, dengan alasan:
  1. Memaksimalkan nilai perusahaan mengharuskan biaya-biaya (termasuk biaya modal) diminimumkan.
  2. Keputusan penggagaran modal (capital budgetting) memerlukan suatu estimasi tentang biaya modal.
  3. Keputusam-keputusan lain seperti leasing, modal kerja juga memerlukan estimasi biaya modal.
Biaya modal merupakan konsep penting dalam analisis investasi karena dapat menunjukkan tingkat minimum laba investasi yang harus diproleh dari investasi tersebut. Jika investasi itu tidak dapat menghasilkan laba investasi sekurang-kurangnya sebesar biaya yang ditanggung maka investasi itu tidak perlu dilakukan. Lebih mudahnya, biaya modal merupakan rata-rata biaya dana yang akan dihimpun untuk melakukan suatu investasi. Dapat pula diartikan bahwa biaya modal suatu perusahaan adalah bagian (suku rate) yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memberi kepuasan pada para investornya pada tingkat risiko tertentu.
Biaya modal yang tepat untuk semua keputusan adalah rata-rata tertimbang dari seluruh komponen modal (Weighted Cost of Capital atau WACC). Namun tidak semua komponen modal diperhitungkan dalam menentukan WACC. Hutang dagang (accounts payable) tidak diperhitungkan dalam perhitungan WACC. Hutang wesel (notes payable) ata hutang jangka pendek yang berbunga (Short-term Interest-bearing debt) dimasukkan dalam perhitungan WACC hanya jika hutang tersebut merupakan bagian dari pembelanjaan tetap perusahaan bukan merupakan pembelanjaan sementara.
Pada umumnya hutang jangka panjang dari modal sendiri merupakan unsur untuk menghitung WACC. Dengan demikian kita harus menghitung:
1.                  Biaya Hutang (cost of debt)
2.                  Biaya laba ditahan (cost of retained earning)
3.                  Biaya saham Biasa Baru (cost of new common stock)
4.                  Biaya Saham Preferen (cost of preferred stock).
Biaya modal harus dihitung berdasarkan suatu basis setelah pajak (after tax basis) karena arus kas setelah pajak adalah yang paling relefan untuk keputusan investasi.

A.                BIAYA HUTANG
Biaya hutang dapat didefinisikan sebagai bagian yang harus diterima dari suatau investasi agar tingkat hasil minimum para kreditor terpenuhi. Jika perusahaan menggunakan obligasi sebagai sarana untuk memperoleh dana dari hutang jangka panjang, maka biaya hutang adalah sama dengan Kd atau Yield To Maturity (YTM) yaitu tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemegang atau pembeli obligasi. Biaya hutang dapat dicari dengan cara:

            ki = k(1 - t)     
                       
Dengan cara lain, cost of debt bisa ditentukan dengan rumus :
                        ki         = Ct/I0 (1 – t)
Keterangan :
ki                     = biaya utang
Ct                    = biaya modal utang konstan
I0                     = arus kas penerbitan surat berharga
k                      = internal rate of return or yield
t                       = marginal tax rate
Contoh                        :
Apabila perusahaan dapat menjual obligasi dengan jangka waktu 20 tahun dengan coupon rate sebesar 9%, coupon rate dan nilai arus kas bersih atau (after underwriting expenses) sebesar Rp1.000.000,- dengan nilai obligasi sebesar Rp1.000.000,- , nilai k diperkirakan 9%. Dengan asumsi tarif pajak 50%, maka berapa besarnya biaya modal utang.
Jawab :
ki         = k(1 – t)
ki         =9% (1 – 0.50) = 4.50%

Biaya hutang ini merupakan biaya hutang sebelum pajak (pre-tax cost). Dalam menghitung WACC, yang relevan adalah biaya hutang setelah pajak (after-tax cost debt).

Biaya hutang sesudah pajak = Biaya hutang sebelum pajak x (1 - tingkat pajak)

B.                 BIAYA LABA DITAHAN
Biaya laba ditahan adalah sama dengan Ks atau Tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham biasa perusahaan yang bersangkutan. Ada 3 cara untuk menghitung Ks yaitu:


  1. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model).
Salah satu pendekatan untuk mengistimasi biaya laba ditahan adalah menggunakan model penetapan harga aktiva modal (capital asset pricing model).

Ks = krf + (kM – krf) . bi

Ks = Bunga bebas resiko + premi resiko
Keterangan :
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham perusahaan i,
krf = bunga bebas resiko,
kM = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada portofolio pasar/index pasar,
bi = beta (ukuran risiko sistematis) saham perusahaan i
Contoh :
Untuk mengilustrasikan pendekatan CAPM, asumsikan bahwa krf = 8%, km = 13% dan bi = 0.7 untuk sebuah saham. Maka hitunglah tingkat keuntungannya.
Jawab :
            ks = krf + (km - krf) bi
ks         = 8% + (13% - 8%) (0.7)
            = 8% + (5%) (0.7)
            = 8% + 3.5%
            = 11.5%

2.                  Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF) model.
Perhitungan harga saham adalah sebagai berikut :
Po =  D1 / Ks - g
Kita dapat mencari tingkat keuntungan untuk menemukan tingkat pengembalian yang diperlukan atas ekuitas saham biasa, yang bagi investor marginal, juga sama dengan tingkat pengembalian yang diharapkan :
Ks = ks  
Keterangan :
D1 = dividen akhir periode
Po = harga saham pada awal periode
g = tingkat pertumbuhan dividen
Jadi investor memperkirakan akan menerima hasil deviden, D­1/Po + keuntungan modal atau g, atas total pengembalian yang diharapkan sebesar ks. Metode estimasi biaya ekuitas ini disebut metode arus kas yang didiskontokan atau DCF (discounted cash flow). Mudah untuk menentukan hasil deviden, tetapi sulit untuk menetapkan tingkat pertumbuhan yang layak. Jika tingkat pertumbuhan laba dan deviden di masa lalu relatif stabil, dan jika investor bermaksud memproyeksikan kecenderungan dimasa lalu terus berlanjut maka g mungkin didasarkan atas tingkat pertumbuhan historis perusahaan.
Contoh :
Untuk mengilustrasikan pendekatan DCF, anggaplah saham allied dijual pada harga $23 dan dividen yang diharapkan selanjutnya adalah $1.24 dan tingkat pertumbuhan yang diharapkan adalah 8%. Berapakah tingkat pengembalian yang diharapkan dan diperlukan perusahaan allied.
Jawab :                                                              
Ks        = ks  
            = $1.24 / $23 + 8%
            = 5.4% + 8%
            = 13.4%

3.                  Pendekatan Bond-Yield-Plus-Risk Premium
Membeli saham biasa pada umumnya lebih berisiko daripada membeli obligasi yang memberikan penghasilan yang tetap dan relatif pasti. Oleh karena itu investor yang membeli saham biasa mengharapkan suatu premi risiko diatas tingkat keuntungan obligasi. Premi risiko ini besarnya tergantung pada kondisi perusahaan dan kondisi perekonomian.
Ks = tingkat keuntungan obligasi perusahaan + premi risiko
Contoh :
Sebuah perusahaan yang sudah mapan seperti Southern Bell memiliki oblligasi yang memberikan hasil 8% sedangkan premmi resiko diketahui 4% maka berapakah biaya ekuitasnya.
Jawab :
Ks = hasil obligasi + premi risiko
Ks        = 8% + 4%
            = 12%



C.                 BIAYA SAHAM BARU
Biaya saham biasa baru atau external equity capital (Ke) lebih tinggi dari biaya laba ditahan (Ks) karena penjualan saham baru memerlukan biaya peluncuran/emisi saham atau flotation cost. Flotation cost akan mengurangi penerimaan perusahaan dari penjualan saham.
Ke =  
Keterangan :
Ke = biaya saham biasa baru
Po = harga jual saham
F = flotation cost
D1= dividen saham pada t = 1
g = dividen growth
contoh :
Investor menanamkan modal $100 per saham, namun perusahaan hanya menerima dan menginvestasikan $90 per saham. Biaya flotasi yang dikeluarkan atas penerbitan tersebut 10%. Jadi, kita melihat bahwa $90 harus menghasilkan lebih dari 15% untuk memberi investor pengembalian sebesar 15% atas $100 yang mereka tanamkan. Dengan kata lain, uang yang dikumpulkan dari penjualan saham baru harus diinvestasikan dengan lebih baik daripada uang yang dikumpulkan dengan menahan laba. Sekarang anggaplah perusahaan menghasilkan pengembalian atas aktiva baru sebesar $90.000.
Jawab :
Ke        =
            =

Flotation cost adjustment = DCF Ke-DCF Ks

Perlu diketahui bahwa untuk menaksir Ke hanya menggunakan 1 metoda yakni discounted cash flow sedangkan untuk menghitung Ks digunakn 3 metoda. Tapi Ke dapat dihitung pula dengan metoda CAPM dan Bond-Yield-plus-Risk premium dengan menggunakan rumus:
Ke = Ks + flotation cost adjustment



D.                BIAYA SAHAM PREFEREN
Biaya saham preferen adalah tingkat keuntungan yang dinikmati pembeli saham preferen atau Kpn =
Keterangan ;
Kp = biaya saham preferen
Dp = dividen saham preferen tahunan
Pn = harga saham preferen bersih yang diterima perusahaan penerbit (setelah dikurangi biaya peluncuran saham atau flotation cost)

WEIGHTED AVERAGE COST OF CAPITAL
Biaya modal yang digunakan untuk menganalisis keputusan penganggaran modal harus menjadi pengembalian yang diperlukan perusahaan atas ekuitas. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan memperoleh bagian yang substansial dari modalnya sebagai utang jangka panjang, dan banyak juga yang menggunakan saham preferen. Berdasarkan perhitungan masing-masing biaya modal utang, saham biasa, dan biaya modal saham preferen maka rata-rata tertimbang biaya modal dapat diilustrasikan dalam hitungan berikut ini.
Proporsi Jumlah Modal

Jumlah
              Proporsi

Debt                                         Rp30 juta                               30%
Preferred stock                       Rp10 juta                               10%
Common stock equity             Rp60 juta                               60%

                                                  Rp100 juta                            100%
                                       Biaya modal
Utang                              4.5%
Saham prefern               8.0%
Biaya modal sendiri
BerdasardatadiatasdapatditentukanWACOC:
  12.0%


Jenis Surat Berharga
Proportion
(1)
Cost
(2)
W.cost
(1) . (2)
Utang
30%
4.5%
1.35%
Saham prefern
10%
8.0%
0.80%
Modal saham biasa

Biaya modal rata-rata tertimbang
60%
12.0%
7.20%


9.35%

WACC = Ka = wd.Kd (1-T) + wp.Kp + Ws (Ks atau Ke)

Setelah membahas komponen mopdal secara individu baru menghitung biaya modal secara keseluruhan yaitu menghitung Weighted Average Cost of Capital (WACC) dengan rumus:


Keterangan :
WACC = biaya modal rata-rata tertimbang
wd = persentase hutang dari modal
wp = persentase saham preferen dari modal
Ws = persentase saham biasa atau laba ditahan dari modal
Kd = biaya hutang
Kp = biaya saham preferen
Ks = biaya laba ditahan
Ke = biaya saham biasa baru
T = pajak (dalam persentase)
Wd, Wp, Ws didasarkan pada sasaran struktur modal (capital structure) perusahaan yang dihitung dengan nilai pasarnya (market value). Setiap perusahaan harus memiliki suatu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal sehingga dapat memaksimumkan harga saham.
Contoh :
Untuk mengilustrasikan WACC allied food memiliki target struktur modal yang terdiri dari 45% utang, 2% saham preferen dan 53% ekuitas saham biasa. Biaya utang sebelum pajak adalah 10%. Biaya utang setelah pajak Kd (1 – t) = 10% (0.6) = 6.0%. biaya saham preferen adalah 10.3%, biaya ekuitas saham biasa dari laba ditahan 13,4%, tarif pajak marginal adalah 40%. Berapakah biaya modal rata-rata tertimbang.



Jawab :
WACC = Ka = wd.Kd (1-T) + wp.Kp + Ws (Ks atau Ke)
                           = 0.45(10%) (0.6) + 0.02(10.3%) + 0.53(13.4%)
                          = 10.0%

Ø    SKEDUL MARGINAL COST OF CAPITAL
Marginal Cost of Capital (MCC) adalah biaya memperoleh rupiah tambahan sebagai modal baru. Pada umumnya, biaya marjinal modal akan meningkat sejalan dengan meningkatnya penggunaan modal. Titik dimana MCC naik tersebut disebut Break Point. Break point akan terjadi dalam skedul Marginal Cost of Capital (MCC) apabila jumlah modal ekuitas yang diperukan untuk membiayai anggaran modal perusahaan melebihi laba ditahannya. Pada saat itu, biaya modal akan mulai meningkat karena perusahaan harus menggunakan ekuitas dari luar yang lebih mahal.



Ø    Skedul MCC dengan depresiasi
Selain saham biasa baru dan laba ditahan, perusahaan dapat pula memanfaatkan depresiasi. Depresiasi biasanya ditunjukkan untuk mengganti aktiva yang telah habis usianya. Tapi bagi perusahaan depresiasi ini merpakan arus kas yang dapat dipergunakan untuk investasi pada aktiva perusahaan (reinvesment). Dengan demikian, depresiasi dapat memperpanjang break point atau menunda kenaikan WACC. Biaya penggunaan dari depresiasi (cost of depreciation) adalah sebesar WACC sebelum perusahaaan menggunakan dana yang berasal dari emisi saham baru.


Langkah-langkah membuat kurva bobot biaya marjinal modal yaitu:
  1. Menentukan campuran pembiayaan
  2. Memperkirakan kapan bobot biaya modal akan meningkat
  3. Hitung biaya masing-masing sumber secara sendiri-sendiri
  4. Mencari bobot biaya marjinal modal
  5. Membandingkan hasil-hasil investasi dengan bobot biaya

Ø    FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN BIAYA MODAL
Variabel-variabel penting yang mempengaruhi biaya modal antara lain:
1.                  Keadaan-keadaan umum perekonomian.
Faktor ini menentukan tingkat bebas risiko atau tingkat hasil tanpa risiko.
2.                  Daya jual saham suatu perusahaan.
Jika daya jual saham meningkat, tingkat hasil minimum para investor akan turun dan biaya modal perusahaaan akan rendah.
3.                  Keputusan-keputusan operasi dan pembiayaan yang dibuat manajemen.
Jika manajemen menyetujui penanaman modal berisiko tinggi atau memanfaatkan utang dan saham khusus secara ekstensif, tingkat risiko perusahaan bertambah. Para investor selanjutnya meminta tingkat hasil minimum yang lebih tinggi sehingga biaya modal perusahaan meningkat pula.
4.                  Besarnya pembiayaan yang diperlukan.
Permintaan modal dalam jumlah besar akan meningkatkan biaya modal perusahaan.

Selain itu terdapat juga faktor-faktor biaya modal yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yakni sebagai berikut :

1.                  Kebijakan Struktur Modal

Perhitungan WACC didasarkan pada tarif bunga setiap kompo-nen modal dengan komposisi struktur modalnya. Sehingga jika struktur modalnya berubah, maka biaya modalnya akan ber-ubah.

2.                  Kebijakan Dividen

Penurunan ratio pembayaran dividend mungkin dapat menye-babkan biaya modal sendiri meningkat, sehingga MACC-nya naik.

3.                  Kebijakan Dividen


Akibat dari kebijakan investasi akan membawa dampak yang  berrisiko. Besar kecilnya risiko inilah yang akan mempengaruhi biaya modal.

Faktor-faktor biaya modal yang tidak dapat dikendalikan adalah sebagai berikut :

1.                  Tingkat Suku Bunga.

Jika suku bunga dalam perkonomian meningkat, maka biaya utang juga akan meningkat karena perusahaan harus membayar pemegang obligasi dengan suku bunga yang lebih tinggi untuk memperoleh modal utang.

2.                  Tarif Pajak.

Tarif Pajak digunakan dalam perhitungan biaya utang yang digunakan dalam WACC, dan terdapat cara-cara lainnya yang kurang nyata dimana kebijakan pajak mempengaruhi biaya modal.




Ø    ASUMSI-ASUMSI BIAYA MODAL
Asumsi-asumsi dalam model biaya modal diantaranya:
1.                  Risiko bisnis bersifat konstan.
Risiko bisnis merupakan potensi tingkat perubahan return atas suatu investasi. Tingkat risiko bisnis dalam suatu perusahaan ditentukan dengan kebijakan manajemen investasi. Biaya modal merupakan suatu kriteria investasi yang hanya tepat untuk suatu investasi yang memiliki risiko bisnis setingkat dengan aktiva-aktiva yang telah ada.
2.                  Risiko keuangan bersifat konstan.
Risiko keuangan didefinisikan sebagai peningkatan variasi return atas saham umum karena bertambahnya pemanfaatan sumber pemiayaan hutang dan saham istimewa. Biaya modal dari sumber individual merupakan fungsi dari struktur keuangan berjalan.
3.                  Kebijakan dividen bersifat konstan.
Asumsi ini diperlukan dalam menaksir biaya modal yang berkenaan dengan kebijakan dividen perusahaan. Asumsi ini menyatakan bahwa rasio pembayaran dividen (dividen/laba bersih) juga konstan.

DISUSUN OLEH:

MAURIYAH                ( 301 09 11 021 )
ARYATI LIDYA         ( 301 09 11 010 )
DERI APRIANTO      ( 301 09 11 022 )